Tugas Individu
Ilmu Ternak Unggas
PENGARUH
CAHAYA TERHADAP PERTUMBUHAN BULU DAN TERJADINYA GUGUR BULU (MOLTING)
Oleh :
NAMA :
MEGAWATI
NIM :
I111 12 327
KELAS :
GANJIL (A)

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT
karena atas ridho, rahmat, serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan Bulu dan Terjadinya
Gugur Bulu (Molting)”. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Ilmu Ternak Unggas. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah
kepada Nabi Besar Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabat dan
kepada umatnya sampai akhir zaman.
Makalah ini berisi tentang bagaimana pengaruh cahaya
terhadap pertumbuhan bulu dan gugur bulu pada ayam. Cahaya memegang
peranan penting yang akan berpengaruh terhadap produktivitas ayam. Semoga
makalah ini dapat memberikan informasi kepada para pembaca.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini . Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan, sehingga kritik
dan saran sangat diharapkan untuk menyempurnakan makalah ini.
Makassar,
06 Maret 2014
Penulis
DAFTAR ISI
|
KATA PENGANTAR .................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................. ............ 1
Latar Belakang.................................................................................... ............ 1
Rumusan Masalah............................................................................... ............ 2
Tujuan Penulisan................................................................................. ............ 2
Manfaat Penulisan .............................................................................. ............ 2
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA................................................................... ............ 3
Definisi Force Moulting...................................................................... ............ 3
Pemberian Cahaya .............................................................................. ............ 6
BAB III.
PEMBAHASAN.............................................................................. ............ 8
BAB IV.
PENUTUP........................................................................................ ............ 9
Kesimpulan......................................................................................... ............ 9
Saran................................................................................................... ............ 9
DAFTAR
PUSTAKA...................................................................................... .......... 10
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Industri peternakan unggas saat
ini berkembang pesat khusunya industri peternakan layer (ayam petelur) karena
merupakan kebutuhan manusia secara terus-menerus, sehingga industri ini sangat
menjanjikan. Akan tetapi, hal yang menjadi kendala di dalam suatu usaha
peternakan adalah pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi ternak dan produksi yang
dihasilkan ternak tersebut.
Dalam
usaha peternakan biaya pakan merupakan biaya yang paling tinggi sampai 70 %
dari biaya usaha. Karena itu patokan keberhasilan dari suatu usaha peternakan
adalah dicapainya efisiensi pengunaan pakan yang baik. Harga pakan yang mahal
semakin membuat biaya pemeliharaan semakin tinggi sedangkan dilain sisi harga
daging ayam yang fluktuatif memaksa peternak untuk melakukan
sefisiensi dalam
pengunaan pakan.
Pemberian
pakan tidak terbatas (ad-libitum)
sering mengakibatkan konsumsi pakan menjadi berlebih, konsumsi pakan yang
berlebih dapat mengurangi daya cerna saluran pencernaan, sehingga mengakibatkan
konversi pakan menjadi meningkat. Selain itu,
pemberian pakan tidak terbatas (ad
libitum) juga akan mengakibatkan kelebihan energi, yang seterusnya akan
disimpan dalam bentuk lemak yang terakumulasi dalam lemak abdominal. Dengan
demikian, pembatasan pemberian pakan khususnya pada ayam petelur perlu
dilakukan. Hal inilah yang melatarbelakangi pembuatan makalah ini.
B.
Rumusan
Masalah
Masalah
yang muncul berdasarkan latar belakang di atas, yaitu :
1.
Apakah definisi dari restricted feeding?
2.
Mengapa restricted feeding dilakukan pada ayam petelur fase grower ?
3.
Bagaimanakah cara pembatasan pakan/restricted feeding?
C.
Tujuan
Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.
Untuk mengetahui definisi dari restricted feeding;
2.
Untuk mengetahui alasan dilakukannya restricted feeding pada ayam petelur fase grower;
3.
Untuk mengetahui cara pembatasan pakan/restricted feeding.
D.
Manfaat
penulisan
Manfaat
dari penulisan makalah ini adalah :
1.
Agar pembaca mampu mengetahui definisi dari restricted feeding;
2.
Agar pembaca mampu mengetahui alasan dilakukannya restricted feeding pada ayam petelur fase grower;
3.
Agar pembaca mampu mengetahui dan
memahami cara pembatasan pakan/restricted
feeding.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Definisi
Restricted Feeding
Pembatasan
pakan (restricted feeding) digunakan
untuk mengatur tingkat
pertumbuhan dan mengontrol usia kematangan seksual pada pullet. Pembatasan pakan biasanya melibatkan pengaturan konsumsi diet seimbang atau
membatasi asupan faktor gizi tertentu seperti energi atau asam amino (Mbugua, 1985).
pertumbuhan dan mengontrol usia kematangan seksual pada pullet. Pembatasan pakan biasanya melibatkan pengaturan konsumsi diet seimbang atau
membatasi asupan faktor gizi tertentu seperti energi atau asam amino (Mbugua, 1985).
Pembatasan
pakan (restricted feeding) akan
mengurangi tingkat kematian karena dapat menghambat turunnya pertumbuhan secara
cepat, termasuk kematian yang disebabkan oleh syndrome (Tumova, 1993). Menurut Shariatmadari
(2007), pakan pembatasan meningkatkan konsumsi pakan. Pakan yang lebih tinggi
dapat berhubungan dengan hipertrofi saluran pencernaan yang terjadi setelah periode
pembatasan, ketika ayam diberi makan ad
libitum. Menurut Leeson (2001), pembatasan pakan meningkatkan efisiensi
penggunaan pakan pada ayam yang dapat dikaitkan dengan penurunan keseluruhan
kebutuhan pemeliharaan yang disebabkan oleh transien penurunan tingkat
metabolisme basal. Namun, peningkatan efisiensi pakan juga dapat dikaitkan
dengan konsumsi pakan yang lebih tinggi dan dengan hipertrofi saluran
pencernaan yang terjadi setelah pembatasan.
Pada
produksi awal telur, berat telur tidak cukup besar untuk tujuan komersial.
Penundaan dalam timbulnya produksi dapat dilakukan dengan membatasi durasi cahaya dan/atau pakan untuk peningkatan
ukuran telur (Bornstein dan Lev, 1984).
B.
Restricted Feeding pada Ayam Petelur Fase Grower
Periode
grower adalah ayam yang berumur 7 sampai 13 minggu, pada fase ini kontrol
pertumbuhan dan keseragaman perlu dilakukan, hal ini berhubungan dengan sistem
reproduksi dan produksi ayam tersebut. Periode grower secara fisik tidak
mengalami perubahan yang berarti, perubahan hanya dari ukuran tubuhnya yang
semakin bertambah dan bulu yang semakin lengkap serta kelamin sekunder yang
mulai nampak (Rasyaf, 1997).
Pada
periode grower sistem produksi ayam mulai tumbuh dan sistem hormon reproduksi
mulai berkembang dengan baik, berkaitan dengan berkembangnya sistem reproduksi
ada faktor yang harus diperhatikan yaitu faktor ransum dan cahaya, karena
kegagalan dalam memperhatikan keduanya akan berakibat fatal terhadap produksi
dimasa bertelur kelak (Anonim, 2009).
Menurut
Banong (2012), fase grower ayam petelur berumur 6 sampai 16-18 minggu, ayam
pada fase ini sering disebut dengan ayam dara (pullet). Manajemen pada fase II
(fase grower) sangat menentukan produksi telur kemudian hari. Pada umumnya,
proses pemindahan ayam petelur ke kandang produksi (layer) dilakukan pada fase
inikira-kira pada umur 13-16 minggu.
Umumnya
ransum grower digunakan protein ransum 15 % dan energi 2900 kkal/kg.
Bahan-bahan pakan untuk menyusun ransum ayam fase grower sama seperti fase
produksi untuk anak ayam. Perbedaannya pada penyusunan ransumnya karena
kebutuhannya tidak sama. Menyusun ransum yang perlu dipertimbangkan yaitu bahan
pakan yang digunakan harus berkualitas baik (Anonim, 2009).
Menurut
Anonim (2009), ayam tipe medium mempunyai sifat sebagai petelur juga sebagai
pedaging yang baik. Penimbunan lemak ini umumnya lebih banyak terjadi pada masa
developer yaitu pada saat pertumbuhan sudah menurun dan pertama-tama akan
ditimbun di alat-alat reproduksi. Pengaruh yang kurang menguntungkan karena :
1.
Total produksi telur per tahun menurun
pada saat fase produksi
2.
Angka kematian lebih tinggi
3.
Penggunaan energi tidak efisien pada
saat memasuki tahap produksi
4.
Cepat mencapai dewasa kelamin (masak dini).
Untuk
beberapa jenis ayam, pakan pada fase grower dapat dianjurkan agar dapat
dilakukan pemberian pakan secara terbatas (restricted
feeding), yang bertujuan agar ayam tidak terlalu cepat dewasa kelamin
(masak dini/early sexual maturity atau
terlalu cepat bertelur, berat ayam dapat dikontrol dengan lebih baik, dan ayam
tidak kegemukan. Ayam yang lebih cepat bertelur akan menghasilkan jumlah telur
yang sedikit karena lebih cepat berhenti bertelur dan ukuran telurnya
kecil-kecil (Banong, 2012).
Pola pembatasan pakan
yang tepat akan banyak menguntungkan karena tidak mengganggu proses metabolisme
dan dapat meningkatkan penyerapan zat makanan dan dapat meningkatkan penyerapan
zat makanan karena lajunya digesta lebih lambat (Muharlien, 2010). Menurut
Banong (2012), pakan untuk fase grower mengandung protein antara 15-16% dan
energy metabolisme 2600-2800 kkal/kg.
Tingkat energi pakan
memegang peranan penting dalam perkembangan alat pencernaan. Penggunaan pakan
berenergi rendah akan berkibat pada tingginya konsumsi pakan pada masa
bertelur, kelebihan lemak tubuh, dan pertumbuhan yang lambat (Anonim, 2012).
C.
Cara
Pembatasan Pakan/ Restricted Feeding
Untuk
mengatasi kegemukan dilakukan pembatasan jumlah ransum yang diberikan pada saat
menjelang bertelur, dengan teknik pelaksanaan (Anonim, 2009):
1.
Mengurangi kadar protein/ asam amino
2.
Mengurangi jumlah energi yang diberikan
3.
Membatasi waktu pemberian ransum
4.
Membatasi jumlah air yang diberikan
Sedangkan, menurut Banong (2012), cara
pembatasan pakan pada ayam petelur fase grower, yaitu:
1.
Mengurangi jumlah konsumsi pakan, yaitu
membatasi atau mengurangi 5% dari jumlah konsumsi normal.
2.
Mengurangi kandungan nutrisi pakan dari
kebutuhan ayam
3.
Pengurangan waktu pemberian pakan
a.
Skip a day feeding (pemberian pakan
selang sehari)
b.
Never on Sunday (pemuasaan dilakukan
setiap hari minggu).
Menurut
Anonim (2012), teknik pemberian pakan pada ayam petelur fase grower, yaitu:
1.
Pengosongan tempat pakan pada waktu
tertentu, terutama siang (tujuan mempercepat perkembangan tembolok dan
gizzard).
2.
Pemberian pakan 2-3 jam sebelum gelap
3.
Pengosongan pakan dilakukan bertahap
pada 4-8 minggu
4.
Pada umur 10-12 minggu, pengosongan
pakan minimal 2-3 jam per hari
5.
Penggunaan grid dianjurkan 3-10 minggu
(3gr/pullet/mmg).
BAB III
PEMBAHASAN
Ayam
petelur fase grower merupakan fase di mana sistem produksi ayam
mulai tumbuh dan sistem hormon reproduksi mulai berkembang dengan baik. Oleh
karena itu sangat perlu diperhatikan, karena manajemen pemeliharaan ayam pada
fase grower akan menentukan bagaimana produktivitas ayam pada fase layer(masa
berproduksi). Salah satu hal yang perlu mendapat perhatian adalah konsumsi
pakan pada fase ini. Pembatasan pakan atau restricted
feeding perlu dilakukan. Manfaatnya, yaitu dapat mencegah ayam mengalami
kegemukan dan terjadinya dewasa kelamin yang cepat. Hal-hal tersebut akan
sangat berpengaruh terhadap kualitas maupun kuantitas telur yang dihasilkan.
Pembatasan pemberian pakan selain berpengaruh
positif terhadap ternak, juga berpengaruh terhadap peternak, di mana dengan
adanya pembatasan pakan, biaya pakanpun dapat ditekan, sehingga dapat
memberikan keuntungan kepada peternak itu sendiri. Namun, hal yang paling urgen
yaitu meningkatnya kualitas produk yang dihasilkan.
Cara pembatasan pakan pada ayam petelur pada fase
grower, yaitu dapat dengan membatasi/mengurangi jumlah pakan yang diberikan,
namun kandungan nutrisi pakan ditingkatkan agar dapat memenuhi kebutuhan
nutrisi ayam pada fase ini. Selain itu, dapat pula dilakukan dengan membatasi
kadar protein dalam pakan, namun kadar serat kasarnya ditingkatkan. Pengurangan
waktu pemberian pakan juga signifikan, dapat dilakukan dengan memberikan pakan
selang hari (skip a day feeding) atau
memuasakan ayam setiap hari minggu (never
on Sunday).
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan
bahwa :
1.
Restricted
feeding/pembatasan pakan merupakan salah satu perlakuan
pada ayam petelur fase grower untuk memperoleh produktivitas yang baik dan
tinggi.
2.
Manfaat restricted feeding, yaitu mengontrol
segala sesuatu yang dapat berdampak buruk terhadap produktivitas ayam petelur,
seperti kegemukan/penimbunan lemak maupun ayam masak dini.
3.
Cara pembatasan pakan dapat dilakukan
dengan membatasi nutrisi pakan, jumlah pakan, maupun waktu pemberian pakan.
B.
Saran
Sebaiknya,
pembatasan pakan pada ayam petelur fase grower dilakukan demi efisiensi
produktivitas ayam. Hal-hal tersebut sangat perlu untuk dikaji sebagai salah
satu factor penentu keberhasilan usaha peternakan, khususya peternakan unggas.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim,
2009. Pemeliharaan Ayam Petelur Fase
Grower. Http://Pemeliharaan-Ayam –Petelur-Fase-Grower.Html. Diakses
Pada 24 September 2014.
Banong,
S. 2012. Manajemen Industri Ayam Ras Petelur. Masagena Press, Makassar.
Bornstein
S. dan Lev S. 1984. Body Weight and/or
Fatness as Potential Determinants of The Onset Of Egg Production In Broiler
Breeder Hens. Brit Poultry Sci. 25:323-341.
Leeson S. 2001. Performance of Broilers Fed Limited
Quantities of Feed or Nutrients During Seven to Fourteen Days of Age. Poultry Sci., 80, 446-454.
Mbugua
PN. 1985). Effect of Feed Restriction on
Growth and Metabolism of Replacement Pullets. Poultry Sci. 64:1950-1958.
Muharlien, 2010. Efek Lama Waktu Pembatasan
Pemberian Pakan terhadap Performans Ayam Pedaging Finisher. Jurnal Ternak Tropika
Vol. 11, No.2:-88-94. Universitas Brawijaya, Malang.
Plavink
I., Hurwitz S. 1983). Organ Weights and
Body Composition in Chickens as Related to the Energy and Amino Acid
Requirements: Effect on Strain, Sex and Age. Poultry Sci. 62:152-163.
Rasyaf. M. 1997. Berternak Ayam
Pedaging. Edisi Revisi. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.
Shariatmadari F. 2007. Effect of Different Levels of Diet Dilution
During Finisher Period on Broiler Chickens Performance and Carcass
Characteristics. Poult. Sci., 6, 20-282.
Tumova E. 1993. Vliv Genotypu A Restrik ní
Krmné Techniky Na Uitkovost Brojlerových. Praze,
104 S.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar