Sabtu, 14 Maret 2015

PENGARUH CAHAYA TERHADAP MOLTING UNGGAS DAN RESTRICTED FEEDING

Tugas Individu
Ilmu Ternak Unggas



PENGARUH CAHAYA TERHADAP PERTUMBUHAN BULU DAN TERJADINYA GUGUR BULU (MOLTING)


Oleh :

NAMA                : MEGAWATI
NIM                    : I111 12 327
KELAS               : GANJIL (A)





Unhas.GIF





FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014



KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT  karena atas ridho, rahmat, serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan Bulu dan Terjadinya Gugur Bulu (Molting)”. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Ternak Unggas. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah  kepada Nabi Besar Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabat dan kepada  umatnya sampai akhir zaman.  
Makalah ini berisi tentang bagaimana pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan bulu dan gugur bulu pada ayam. Cahaya  memegang peranan penting yang akan berpengaruh terhadap produktivitas ayam. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi kepada para pembaca.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah  berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini . Penulis menyadari bahwa makalah  ini  masih memiliki kekurangan, sehingga kritik dan saran sangat diharapkan untuk menyempurnakan makalah ini.







Makassar, 06 Maret 2014


       
          Penulis




DAFTAR ISI

Halaman
 
 



KATA PENGANTAR .................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
BAB I.  PENDAHULUAN............................................................................. ............ 1
Latar Belakang.................................................................................... ............ 1
Rumusan Masalah............................................................................... ............ 2
Tujuan Penulisan................................................................................. ............ 2
Manfaat Penulisan .............................................................................. ............ 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................... ............ 3
Definisi Force Moulting...................................................................... ............ 3
Pemberian Cahaya .............................................................................. ............ 6
BAB III. PEMBAHASAN.............................................................................. ............ 8
BAB IV. PENUTUP........................................................................................ ............ 9
Kesimpulan......................................................................................... ............ 9
Saran................................................................................................... ............ 9
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... .......... 10




                                                                              BAB I
PENDAHULUAN

A.                Latar Belakang
Industri peternakan unggas saat ini berkembang pesat khusunya industri peternakan layer (ayam petelur) karena merupakan kebutuhan manusia secara terus-menerus, sehingga industri ini sangat menjanjikan. Akan tetapi, hal yang menjadi kendala di dalam suatu usaha peternakan adalah pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi ternak dan produksi yang dihasilkan ternak tersebut.
Dalam usaha peternakan biaya pakan merupakan biaya yang paling tinggi sampai 70 % dari biaya usaha. Karena itu patokan keberhasilan dari suatu usaha peternakan adalah dicapainya efisiensi pengunaan pakan yang baik. Harga pakan yang mahal semakin membuat biaya pemeliharaan semakin tinggi sedangkan dilain sisi harga daging ayam yang fluktuatif memaksa peternak untuk melakukan
sefisiensi dalam pengunaan pakan.
Pemberian pakan tidak terbatas (ad-libitum) sering mengakibatkan konsumsi pakan menjadi berlebih, konsumsi pakan yang berlebih dapat mengurangi daya cerna saluran pencernaan, sehingga mengakibatkan konversi pakan menjadi meningkat. Selain itu,  pemberian pakan tidak terbatas (ad libitum) juga akan mengakibatkan kelebihan energi, yang seterusnya akan disimpan dalam bentuk lemak yang terakumulasi dalam lemak abdominal. Dengan demikian, pembatasan pemberian pakan khususnya pada ayam petelur perlu dilakukan. Hal inilah yang melatarbelakangi pembuatan makalah ini.



B.                 Rumusan Masalah
Masalah yang muncul berdasarkan latar belakang di atas, yaitu :
1.                  Apakah definisi dari restricted feeding?
2.                  Mengapa restricted feeding dilakukan pada ayam petelur fase grower ?
3.                  Bagaimanakah cara pembatasan pakan/restricted feeding?

C.                Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.                  Untuk mengetahui definisi dari restricted feeding;
2.                  Untuk mengetahui  alasan dilakukannya restricted feeding pada ayam petelur fase grower;
3.                  Untuk mengetahui cara pembatasan pakan/restricted feeding.

D.                Manfaat penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
1.                  Agar pembaca mampu  mengetahui definisi dari restricted feeding;
2.                  Agar pembaca mampu mengetahui  alasan dilakukannya restricted feeding pada ayam petelur fase grower;
3.                  Agar pembaca mampu mengetahui dan memahami cara pembatasan pakan/restricted feeding.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.                Definisi Restricted Feeding
Pembatasan pakan (restricted feeding) digunakan untuk mengatur tingkat
pertumbuhan dan mengontrol usia kematangan seksual pada pullet. Pembatasan pakan biasanya melibatkan pengaturan konsumsi diet seimbang atau
membatasi asupan faktor gizi tertentu seperti energi atau asam amino (Mbugua, 1985).
Pembatasan pakan (restricted feeding) akan mengurangi tingkat kematian karena dapat menghambat turunnya pertumbuhan secara cepat, termasuk kematian yang disebabkan oleh syndrome (Tumova, 1993). Menurut Shariatmadari (2007), pakan pembatasan meningkatkan konsumsi pakan. Pakan yang lebih tinggi dapat berhubungan dengan hipertrofi saluran pencernaan yang terjadi setelah periode pembatasan, ketika ayam diberi makan ad libitum. Menurut Leeson (2001), pembatasan pakan meningkatkan efisiensi penggunaan pakan pada ayam yang dapat dikaitkan dengan penurunan keseluruhan kebutuhan pemeliharaan yang disebabkan oleh transien penurunan tingkat metabolisme basal. Namun, peningkatan efisiensi pakan juga dapat dikaitkan dengan konsumsi pakan yang lebih tinggi dan dengan hipertrofi saluran pencernaan yang terjadi setelah pembatasan.
Pada produksi awal telur, berat telur tidak cukup besar untuk tujuan komersial. Penundaan dalam timbulnya produksi dapat dilakukan dengan  membatasi durasi cahaya dan/atau pakan untuk peningkatan ukuran telur (Bornstein dan Lev, 1984).
B.                 Restricted Feeding pada Ayam Petelur Fase Grower
Periode grower adalah ayam yang berumur 7 sampai 13 minggu, pada fase ini kontrol pertumbuhan dan keseragaman perlu dilakukan, hal ini berhubungan dengan sistem reproduksi dan produksi ayam tersebut. Periode grower secara fisik tidak mengalami perubahan yang berarti, perubahan hanya dari ukuran tubuhnya yang semakin bertambah dan bulu yang semakin lengkap serta kelamin sekunder yang mulai nampak (Rasyaf, 1997).
Pada periode grower sistem produksi ayam mulai tumbuh dan sistem hormon reproduksi mulai berkembang dengan baik, berkaitan dengan berkembangnya sistem reproduksi ada faktor yang harus diperhatikan yaitu faktor ransum dan cahaya, karena kegagalan dalam memperhatikan keduanya akan berakibat fatal terhadap produksi dimasa bertelur kelak (Anonim, 2009).
Menurut Banong (2012), fase grower ayam petelur berumur 6 sampai 16-18 minggu, ayam pada fase ini sering disebut dengan ayam dara (pullet). Manajemen pada fase II (fase grower) sangat menentukan produksi telur kemudian hari. Pada umumnya, proses pemindahan ayam petelur ke kandang produksi (layer) dilakukan pada fase inikira-kira pada umur 13-16 minggu.
Umumnya ransum grower digunakan protein ransum 15 % dan energi 2900 kkal/kg. Bahan-bahan pakan untuk menyusun ransum ayam fase grower sama seperti fase produksi untuk anak ayam. Perbedaannya pada penyusunan ransumnya karena kebutuhannya tidak sama. Menyusun ransum yang perlu dipertimbangkan yaitu bahan pakan yang digunakan harus berkualitas baik (Anonim, 2009).
Menurut Anonim (2009), ayam tipe medium mempunyai sifat sebagai petelur juga sebagai pedaging yang baik. Penimbunan lemak ini umumnya lebih banyak terjadi pada masa developer yaitu pada saat pertumbuhan sudah menurun dan pertama-tama akan ditimbun di alat-alat reproduksi. Pengaruh yang kurang menguntungkan karena :
1.      Total produksi telur per tahun menurun pada saat fase produksi
2.      Angka kematian lebih tinggi
3.      Penggunaan energi tidak efisien pada saat memasuki tahap produksi
4.      Cepat mencapai dewasa kelamin (masak dini).
Untuk beberapa jenis ayam, pakan pada fase grower dapat dianjurkan agar dapat dilakukan pemberian pakan secara terbatas (restricted feeding), yang bertujuan agar ayam tidak terlalu cepat dewasa kelamin (masak dini/early sexual maturity atau terlalu cepat bertelur, berat ayam dapat dikontrol dengan lebih baik, dan ayam tidak kegemukan. Ayam yang lebih cepat bertelur akan menghasilkan jumlah telur yang sedikit karena lebih cepat berhenti bertelur dan ukuran telurnya kecil-kecil (Banong, 2012).
Pola pembatasan pakan yang tepat akan banyak menguntungkan karena tidak mengganggu proses metabolisme dan dapat meningkatkan penyerapan zat makanan dan dapat meningkatkan penyerapan zat makanan karena lajunya digesta lebih lambat (Muharlien, 2010). Menurut Banong (2012), pakan untuk fase grower mengandung protein antara 15-16% dan energy metabolisme 2600-2800 kkal/kg.
Tingkat energi pakan memegang peranan penting dalam perkembangan alat pencernaan. Penggunaan pakan berenergi rendah akan berkibat pada tingginya konsumsi pakan pada masa bertelur, kelebihan lemak tubuh, dan pertumbuhan yang lambat (Anonim, 2012).
C.                Cara Pembatasan Pakan/ Restricted Feeding
Untuk mengatasi kegemukan dilakukan pembatasan jumlah ransum yang diberikan pada saat menjelang bertelur, dengan teknik pelaksanaan (Anonim, 2009):
1.      Mengurangi kadar protein/ asam amino
2.      Mengurangi jumlah energi yang diberikan
3.      Membatasi waktu pemberian ransum
4.      Membatasi jumlah air yang diberikan
Sedangkan, menurut Banong (2012), cara pembatasan pakan pada ayam petelur fase grower, yaitu:
1.      Mengurangi jumlah konsumsi pakan, yaitu membatasi atau mengurangi 5% dari jumlah konsumsi normal.
2.      Mengurangi kandungan nutrisi pakan dari kebutuhan ayam
3.      Pengurangan waktu pemberian pakan
a.       Skip a day feeding (pemberian pakan selang sehari)
b.      Never on Sunday (pemuasaan dilakukan setiap hari minggu).
Menurut Anonim (2012), teknik pemberian pakan pada ayam petelur fase grower, yaitu:
1.      Pengosongan tempat pakan pada waktu tertentu, terutama siang (tujuan mempercepat perkembangan tembolok dan gizzard).
2.      Pemberian pakan 2-3 jam sebelum gelap
3.      Pengosongan pakan dilakukan bertahap pada 4-8 minggu
4.      Pada umur 10-12 minggu, pengosongan pakan minimal 2-3 jam per hari
5.      Penggunaan grid dianjurkan 3-10 minggu (3gr/pullet/mmg).
BAB III
PEMBAHASAN


Ayam petelur fase grower merupakan fase di mana sistem produksi ayam mulai tumbuh dan sistem hormon reproduksi mulai berkembang dengan baik. Oleh karena itu sangat perlu diperhatikan, karena manajemen pemeliharaan ayam pada fase grower akan menentukan bagaimana produktivitas ayam pada fase layer(masa berproduksi). Salah satu hal yang perlu mendapat perhatian adalah konsumsi pakan pada fase ini. Pembatasan pakan atau restricted feeding perlu dilakukan. Manfaatnya, yaitu dapat mencegah ayam mengalami kegemukan dan terjadinya dewasa kelamin yang cepat. Hal-hal tersebut akan sangat berpengaruh terhadap kualitas maupun kuantitas telur yang dihasilkan.
Pembatasan pemberian pakan selain berpengaruh positif terhadap ternak, juga berpengaruh terhadap peternak, di mana dengan adanya pembatasan pakan, biaya pakanpun dapat ditekan, sehingga dapat memberikan keuntungan kepada peternak itu sendiri. Namun, hal yang paling urgen yaitu meningkatnya kualitas produk yang dihasilkan.
Cara pembatasan pakan pada ayam petelur pada fase grower, yaitu dapat dengan membatasi/mengurangi jumlah pakan yang diberikan, namun kandungan nutrisi pakan ditingkatkan agar dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ayam pada fase ini. Selain itu, dapat pula dilakukan dengan membatasi kadar protein dalam pakan, namun kadar serat kasarnya ditingkatkan. Pengurangan waktu pemberian pakan juga signifikan, dapat dilakukan dengan memberikan pakan selang hari (skip a day feeding) atau memuasakan ayam setiap hari minggu (never on Sunday).


BAB IV
PENUTUP


A.                Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa :
1.                  Restricted feeding/pembatasan pakan merupakan salah satu perlakuan pada ayam petelur fase grower untuk memperoleh produktivitas yang baik dan tinggi.
2.                  Manfaat restricted feeding, yaitu mengontrol segala sesuatu yang dapat berdampak buruk terhadap produktivitas ayam petelur, seperti kegemukan/penimbunan lemak maupun ayam masak dini.
3.                  Cara pembatasan pakan dapat dilakukan dengan membatasi nutrisi pakan, jumlah pakan, maupun waktu pemberian pakan.

B.                 Saran
Sebaiknya, pembatasan pakan pada ayam petelur fase grower dilakukan demi efisiensi produktivitas ayam. Hal-hal tersebut sangat perlu untuk dikaji sebagai salah satu factor penentu keberhasilan usaha peternakan, khususya peternakan unggas.









DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009. Pemeliharaan Ayam Petelur Fase Grower. Http://Pemeliharaan-Ayam –Petelur-Fase-Grower.Html. Diakses Pada 24 September 2014.

                 , 2012. Aspek-Aspek Yang Perlu Diperhatikan Dalam Manajemen Ayam Petelur Fase Grower Dan Pre-Layer. Http:// Aspek-Aspek –Yang- Perlu- Diperhatikan –Dalam- Manajemen -Ayam –Petelu-R Fase- Growe-R Dan Pre-Layer.Blogspot.Com. Diakses Pada 24 September 2014.

Banong, S. 2012. Manajemen Industri Ayam Ras Petelur. Masagena Press, Makassar.

Bornstein S. dan Lev S. 1984. Body Weight and/or Fatness as Potential Determinants of The Onset Of Egg Production In Broiler Breeder Hens. Brit Poultry Sci. 25:323-341.

Leeson S. 2001. Performance of Broilers Fed Limited Quantities of Feed or Nutrients During Seven to Fourteen Days of Age. Poultry Sci., 80, 446-454.

Mbugua PN. 1985). Effect of Feed Restriction on Growth and Metabolism of Replacement Pullets. Poultry Sci. 64:1950-1958.

Muharlien, 2010. Efek Lama Waktu Pembatasan Pemberian Pakan terhadap Performans Ayam Pedaging Finisher. Jurnal Ternak Tropika Vol. 11, No.2:-88-94. Universitas Brawijaya, Malang.

Plavink I., Hurwitz S. 1983). Organ Weights and Body Composition in Chickens as Related to the Energy and Amino Acid Requirements: Effect on Strain, Sex and Age. Poultry Sci. 62:152-163.

Rasyaf. M. 1997. Berternak Ayam Pedaging. Edisi Revisi. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.

Shariatmadari F. 2007. Effect of Different Levels of Diet Dilution During Finisher Period on Broiler Chickens Performance and Carcass Characteristics. Poult. Sci., 6, 20-282.

Tumova E. 1993. Vliv Genotypu A Restrik ní Krmné Techniky Na Uitkovost Brojlerových. Praze, 104 S.













                                                                                             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar