LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU
TERNAK POTONG
“KARKAS”
NAMA : MEGAWATI
NIM : I111 12 327
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
GELOMBANG : III (TIGA)
ASISTEN : ST. NUR RAMADHANI

FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Peternakan adalah salah satu bidang
pertanian yang menghasilkan komoditas daging, susu, telur dan hasil-hasil
olahannya serta hasil sisa produksi.
Daging sebagai salah satu bahan makanan yang hampir sempurna, karena
mengandung gizi yang lengkap dan dibutuhkan oleh tubuh, yaitu protein hewani,
energi, air, mineral dan vitamin.
Disamping itu, daging memiliki rasa dan aroma yang enak, sehingga
disukai oleh hampir semua orang.
Daging yang umum dikonsumsi berasal
dari hasil pemotongan berbagai jenis ternak potong, salah satunya adalah ternak
ruminansia besar seperti sapi. Mekanisme pemotongan dimulai dari tahap
pengistirahatan dan pemeriksaan sebelum pemotongan, tahap proses penyembelihan,
dan tahap penyiapan karkas.
Hasil pemotongan ternak dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu bagian karkas dan bagian bukan karkas atau lazim
disebut bagian non karkas. Karkas
merupakan hasil utama pemotongan ternak dan mempunyai nilai ekonomi lebih
tinggi daripada non karkas, sesuai dengan tujuan pemotongan ternak, yaitu untuk
mendapatkan daging. Bagian non karkas
atau yang lazim disebut “offal” terdiri dari bagian yang layak dimakan (“edible
offal”) dan bagian yang tidak layak dimakan (“inedible offal”). Hal inilah yang
melatarbelakangi dilakukannya praktikum mengenai Karkas.
B.
Tujuan
dan Kegunaan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum mengenai
Karkas yaitu untuk mengetahui bagian-bagian karkas serta faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas karkas.
Adapun
kegunaan dari praktikum karkas yaitu agar mahasiswa mampu mengetahui
bagian–bagian karkas dan factor- faktor yang mempengaruhi kualitas karkas.
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Karkas
Secara Umum
Karkas dapat dibagi dalam bentuk recahan karkas (yeld
grade) atau potongan karkas. Potongan komponen karkas berbeda-beda dari
satu tempat ketempat lain sesuai dengan sistem pemotongan untuk dijual dan
kebiasaan masyarakat dalam memilih depot perdagingan pada karkas. Namun
setiap spesies mempunyai potongan komponen karkas tersendiri. Potongan
komponen karkas pada sapi ditetapkan atas Round, Rump, Loin, Ribs, Chuck,
Shank, Flank, Plate dan Brisket (Salim, 1988).
Karkas adalah bagian tubuh yang telah mengalami proses
pemotongan tanpa kepala, keempat kaki bagian bawah mulai dari carpus dan
tarsus, kulit, darah dan organ dalam (hati, saluran pencernaan, jantung,
saluran reproduksi, paru-paru, limpa kecuali ginjal) (Ovi, 2011). Komponen
karkas pada babi yaitu Ham, Loin, Boston, Butt, Ribs, Picnic dan Jowl,
sedangkan potongan komponen karkas domba dibagi menjadi delapan bagian
yaitu Leg (paha), Loin (lemusir), Rack (punggung-rusuk), Neck (leher),
Middle neck (tengkuk) dan Shank (kaki). Besarnya bobot komponen karkas
dipengaruhi oleh bangsa, jenis kelamin, laju pertumbuhan, berat potong dan perlakuan
pakan. Berat Shoulder dan Neck karkas sapi/kambing jantan lebih tinggi
dari pada betina sedangkan bagian karkas lainnya tidak berbeda (Salim,
2008).
Ruminansia lebih cenderung untuk menghasilkan
perlemakan. Perletakan lemak lebih banyak dijumpai pada pangkal ekor dan
tungging (rump) lalu menyebar sepanjang punggung sampai ke leher dilanjutkan ke
sekeliling karkas dan berakhir pada bagian kaki. Kecepatan pertumbuhan urat
daging pada berbagai lokasi berbeda. proporsi urat daging yang tinggi ada
pada potongan paha, menyusul pada potongan bahu, sedangkan potongan dada dan
lemusir memiliki proporsi urat daging yang lebih kecil (Salim, 2008).
B.
Karkas
Sapi
Karkas
sapi adalah bagian tubuh dari sapi yang sehat
yang telah disembelih secara halal sesuai dengan syariat agama dan dipisahkan
dari kulit, kepala, kaki bagian bawah, dan jeroan atau isi perutnya. Seekor sapi
dianggap baik bila menghasilkan karkas dengan kuantitas dan kualitas yang
optimal.Parameter penilaian karkas yang umum adalah persentase karkas, tebal
lemak punggung dan indeks perdagingan
(Irma, 2013).
Gambar 1. Potongan-potongan dari karkas sapi

Sumber : Irma, 2013.
Bagian paling
utama dari potongan daging sapi adalah karkas, yaitu potongan bagian tubuh sapi
yang tidak termasuk bagian kepala, kulit, ekor, ujung kaki, jeroan, dan
darah. Secara umum, karkas dapat dibagi ke dalam beberapa bagian, yaitu:
bagian bahu, bagian punggung, bagian dada-perut, bagian paha belakang dan
bagian betis (Salim, 2008). Menurut Irma (2013), bagian karkas yang utama
disebut sebagai primal cuts (potongan utama), yang terdiri dari :
1.
Tenderloin /
Fillet / Has Dalam / Lulur Dalam
Potongan utama kemudian dibagi menjadi sub-primal cuts
dan terkadang sub-primal cuts dibagi lagi menjadi potongan ukuran porsi
individual. Setiap potongan daging memiliki karakteristik masing-masing yang
tentunya harus sesuai untuk tujuan penggunannya.
2.
Blade/Sampil (untuk Segala Keperluan)
Pada karkas bagian bahu, terdapat beberapa macam
daging, yaitu : Blade/Sampil, yakni daging bagian bahu yang merupakan daging
yang tebal, dengan komposisi berat kurang lebih 5.5% dari berat karkas.
Masyarakat luas banyak yang belum mengetahui bahwa Blade merupakan bagian
daging yang cukup baik dan dapat dipakai untuk segala keperluan.
3.
Chuck Tender / Kijen (Berdaging Tebal)
Chuck Tender/Kijen adalah bagian daging yang melekat
pada Blade. Entah mengapa justru namanya Chuck Tender dan bukan Blade Tender.
Komposisinya kurang lebih 0.9% dari berat karkas. Bentuknya seperti batu ulekan
dan terbungkus kulit luar yang tipis.
4.
Chuck / Sampil (Tidak Banyak Lemak)
Chuck di indonesiakan sebagai Sampil. Ini mungkin
karena secara anatomi berdekatan dengan Blade. Komposisi Chuck kurang lebih
4.8% dari berat karkas. Chuck agak berbeda dengan Blade dalam hal posisi
serabut dagingnya. Posisi daging Chuck ada di bahu sampai ke arah leher,
berwarna merah pekat, tebal, dan terdiri dari sekelompok serabut daging besar
dan kecil yang saling berseberangan/melintang.
5.
Sirloin / Striploin / Has luar / Lulur luar (Cocok Bernilai Ekonomi Tinggi)
Sirloin atau disebut juga striploin atau has luar atau
lulur luar merupakan bagian karkas ada di bagian punggung yang terkenal karena
banyak restoran yang dalam daftar menunya mencantumkan Sirloin Steak. Mengapa
Sirloin bisa dikatakan paling empuk dibandingkan dengan daging lainnya? Karena
bila dilihat anatominya, Sirloin terletak di bagian punggung belakang sampai
tulang rusuk No. 3 (dihitung dari tulang rusuk belakang No. 0). Posisi ini merupakan
bagian yang jarang digerakkan. Karena komposisinya hanya 4.4% dari berat karkas
dan tergolong daging eksklusif, maka nilai ekonomisnya tinggi.
6.
Cube Roll / Rib Eye Roll / Lulur Depan (Lebih Empuk dengan Lemak
Intramuskule)
Cube Roll atau yang disebut juga Rib Eye Roll atau
Lulur Depan merupakan bagian karkas yang ada di bagian punggung yang secara
sekilas bagian ini mirip dengan Sirloin. Secara anatomi, Cube Roll diperoleh
dari tulang rusuk ke-4 s/d ke-8. Komposisinya bervariasi dari 1.7-2.8% dari berat
karkas. Bagaimana keempukan Cube Roll jika dibandingkan dengan Sirloin ? Cube
Roll juga dipakai luas untuk keperluan steak. Bila Cube Roll dipotong melintang
model steak, akan terlihat adanya butir-butir lemak intramuskuler (lemak dalam
jaringan otot).
7.
Tenderloin / Fillet / Has Dalam / Lulur Dalam (Memiliki Keempukan Tinggi)
Tenderloin atau disebut juga Fillet atau Has Dalam
atau Lulur Dalam adalah bagian karkas yang ada di bagian punggung yang
merupakan daging yang paling empuk dari seluruh bagian daging. Komposisinya
1.6% dari berat kaskas. Bila dilihat pada gambar, Tenderloin terletak pada
bagian dalam tulang punggung belakang. Seperti halnya Sirloin, Tenderloin
berada di posisi yang sangat jarang digerakkan sehingga memberikan keempukan
yang tinggi. Karena keempukannya yang tinggi, Tenderloin hanya boleh dimasak
dalam waktu cepat (Short Time Cooking). Metode masak yang lama (Long Time
Cooking) akan menyebabkan Tenderloin hancur. Tenderloin secara eksklusif
digunakan untuk steak atau dioseng cepat.
Menurut Irma (2013), bagian-bagian daging lainnya,
yaitu :
1.
Rump / Tanjung
Rump / Tanjung adalah bagian pinggang sapi yang
dilapisi oleh lemak yang cukup tebal, bisa dipotong lagi menjadi rump steak.
Daging tanjung termasuk jenis daging yang lunak. Tanjung bisa dipanggang,
digrill atau dibroil, digoreng atau diungkep. Jika diiris tipis-tipis bisa juga
dipakai untuk oseng.
2.
Knuckle /Inside / Kelapa
Yakni bagian daging sapi yang bdiambil dari paha
belakang bagian atas yang letaknya ada di antara daging penutup dan juga daging
gandik. Lazimnya jenis daging yang ini dioleh menjadi cornet, sate, sop,
casserole, rawon dan lain-lain.
3.
Shin Shank / Sengkel
Shank atau Shin atau sengkel (dari bahasa Belanda
Schenkel yang berarti bagian depat atas kaki). Merupakan daging yang terdapat
di bagian atas betis sapi. Potongan daging ini tidak lunak, dan bisa dibuat
menjadi kari, sop, digiling untuk dijadijan daging cincang yang tidak begitu
berlemak.
4.
Silver Side / Gandik
Bagian ini berasal dari belakang sapi paling luar juga
paling dasar. Daging jenis ini banyak diolah menjadi bistik, dendeng
balado, abon sapi dan lain-lain.
5.
Topside / Round / Daging Penutup
Bagian ini terletak di bagian paha belakang hingga
mendekati pantat. Potongan daging bagian ini cukup tipis tapi liat dan tidak
banyak mengandung lemak. Daging ini biasanya diolah menjadi daging topping
pizza, bistik, rendang, dendeng, abon, bakso dan lain-lain.
C.
Karkas
Kambing
Karkas kambing/domba adalah tubuh sapi sehat
yang telah disembelih, utuh atau dibelah membujur sepanjang tulang belakangnya,
serta dikuliti, isi perut dikeluarkan tanpa kepala, kaki bagian bawah dan alat
kelamin kambing/domba jantan atau ambing kambing/domba betina yang telah
melahirkan dipisahkan dengan/atau tanpa ekor (SNI 01-3925-1995).
Karkas kambing adalah bagian tubuh ternak yang sehat
yang telah disembelih utuh atau membelah membujur sepanjang tulang belakang,
setelah dikuliti, dipotong kepala, dan kaki bagian bawah serta dikeluarkan isi
jeroannya, dan alat kelamin jantan dan betina atau ambing kambing betina
yang telah melahirkan dan dipisahkan
dengan atau tanpa ekor. Kepala di potong diantara tulang occipital (os.occipitale) dengan tulang rusuk pertama (os.atlas).
Kaki depan dipotong diantara carpus dan
metacarpus, dan kaki belakang
dipotong diantara taurus dan metataurus (Suryanto, 2001).
Karkas kambing dibagi menjadi dua bagian besar yaitu
Fore-saddle (bagian depan) yang meliputi Neck (leher), Shoulder (bahu), Shank
(kaki depan), Breaste (dada) dan Hind-saddle (bagian belakang) yang meliputi
Ribs (rusuk), Loin dan Leg (paha) (Salim, 2008).
Karkas kambing ialah sebagai berikut; leher bagian
depan mulai dari tulang Vertebrae carvicalis ke-1 dan bagian belakang Vertebrae
carvicalis ke-7, bahu mulai dari Vertebrae carvicalis ke-7 sampai dengan
pertengahan Costae ke-5 dan ke-6, kaki depan dipotong mulai dari persendian
antara Humerus dan Radius-ulna sampai Carpus, dada dipotong dari Stearnum lurus
kebelakang hingga proyeksi dari Vertebrae lumbalis ke-6, rusuk dipotong mulai
dari pertengahan Costae ke-5 dan ke-6 sampai dengan Costae ke-12, Loin bagian
depan dibatasi oleh Costae ke-13 dan bagian belakang oleh Vertebrae lumbalis
ke-8 sampai Tarsus (Suryanto, 2001).
Gambar 2. Potongan-potongan dari karkas kambing

Sumber : Hamzah, 2010.
Menurut Hamzah (2010), bagian-bagian karkas
kambing/domba yakni sebagai berikut :
1.
Daging prosot (side)
adalah merupakan daging karkas paruh kiri atau kanan yang diperoleh dengan
memisahkan semua tulang, tulang rawan, legamentum nuchae dan limfonodus.
2.
Has (tenderloin)
diperoleh dengan jalan memotong yang dilakukakan pada tulang pelvis,
selanjutnya dipisahkan dari tulang illium dengan cara menarik otot tersebut.
Lapisan lemak atas dan bawah dibersihkan, bagian lemak antara musculus illiacus
dan musculus psoasmajor dipertahankan.
3.
Loin diperoleh dengan
memotong karkas bagian depan di antara rusuk ke 12 dan 13, pada bagian belakang
kaki, di daerah pertautan antara lumbo sacral terakhir dan flank.
4.
Leg diperoleh dengan
cara memisahkan karkas paruh belakang dengan loin atara lumbo sacral terakhir
dan flank.
5.
Shoulder diperoleh
dengan cara memotong karkas bagian depan diantara rusuk ke 5 atau 6.
6.
Rack merupakan
potongan yang diperoleh dari potongan bagian depan antara rusuk ke 5 atau 6
dengan rusuk ke 12 atau 13.
7.
Breast merupakan
potongan yang diperoleh dari pertautan rusuk pertama dan sternum ke belakang
hingga rusuk ke 11.
8.
Fore shank merupakan
potongan yang diperoleh dengan memisahkan pankal humerus denagn karkas bagian
depan.
9.
Flank merupakan
potongan yang diperoleh dari rusuk ke 11 hingga mencapai Inglinguinalis.
D.
Perbandingan
Karkas Jantan dengan Betina
Karkas betina diidentifikasi dengan
adanya ambing. Pada mutton ambing mungkin saja agak basah (mengeluarkan cairan
kuning kecoklatan). Tetapi jika sangat basah, dapat diambil pada saat
disembelih. Pada lamb dan yearling, ambing nampak relative panjang, terdapat
lemak halus. Karkas jantan kastrasi diidentifikasi
dengan adanya lemak . Berbeda dengan ambing, lemak nampak kasar dan tidak
beraturan,dan biasanya lebih sedikit dari lemak yg ada di ambing. Karkas jantan memiliki sedikit
lemakpada daerah skrotum dibandingkan betina dan jantan kastrasi. Lemak tampak
bentuknya tidak beraturan hamper menyerupai jantan kastrasi.Karkas jantan
biasanya lebar, bahu berat dan leher tebal, dan pada daerah ini karkas umumnya
lebih menonjol pada jantan kastrasi dibandingkan betina (Rida, 2012).
Perbedaan kualitas karkas dipengaruhi oleh perbedaan
laju pertumbuhan pada umur yang sama antara ternak jantan dan betina. Domba
jantan mengandung lebih banyak dagingdibandingkan dengan domba betina. Selain
itu terdapat perbedaan laju pertumbuhan pada umur yang sama antara ternak
jantan dan ternak betina, laju pertumbuhan ternak jantan lebih cepat
dibandingkan dengan ternak betina (Soeparno, 2002).
Sapi-sapi jantan juga
mempunyai peringkat/grade mutu yang lebih rendah karena jumlah marbling,
keempukan, tekstur, warna dan citarasa dagingnya. yang kurang memenuhi standar
untuk grade mutu yang yang tinggi. Karena pencapaian umur dewasa yang lebih
dini pada sapisapi betina maka sapi-sapi betina akan lebih gemuk dan mempunyai
peringkat mutu yang lebih tinggi pada setiap umur kronologi atau pada berat
yang sama atau tersedia daripada sapi-sapi jantan (Boggs dan Merkel, 1979).
Hasil-hasil penelitian dari peneliti
terakhir ini menunjukkan bahwa mulai dari berat karkas 200 kg sampai 320 kg
secara nyata sapi-sapi betina dara lebih tinggi jumlah lemaknya daripada
sapisapi jantan kebirian dan sapi-sapi jantan kebirian lebih tinggi daripada
sapi-sapi jantan (Berg dan Butterfield, 1976).
Sapi-sapi betina mencapai dewasa
lebih dini dan pada berat badan yang lebih kecil atau umur kronologi yang lebih
muda; sapi-sapi jantan kebirian adalah menengah antara sapi-sapi jantan dan
betina mengenai umur hewan itu mencapai dewasa fi siologi (Boggs dan Merkel,
1979).
E.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Karkas
Menurut
Soeparno (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi karkas, yaitu :
1.
Faktor Genetik
Didalam
bangsa ternak yang sama, komposisi karkas dapat berbeda. Bangsa ternak dapat
menghasilkan karkas dengan karasteristiknya sendiri. Perbedaan komposisi tubuh
dan karkas diantaranya bangsa ternak, terutama disebabkan perbedaan ukuran
tubuh dewasa atau perbedaan berat pada saat dewasa.
2.
Lingkungan
Faktor
lingkungan dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu fisiologi dan nutrisi
3. Komposisi Tubuh
3. Komposisi Tubuh
Umur,
berat hidup dan kadar laju pertubuhan juga mempengaruhi komposisi karkas.
Proporsi tulang, otot, dan lemak sebagai komponen utama karkas dipengaruhi oleh
faktor-faktor tersebut diatas. Bila proporsi suatu variabel tinggi, maka
proporsi salah satu variabel kedua/ lainnya lebih rendah.
4.
Komposisi Kimia Karkas
Komposisi
kimia karkas yang terutama terdiri dari air, ptotei, lemak dan abu secara
proporsional dapat juga berubah, jika proporsi salah satu variabel mengalami
perubahan.
Perlemakan
(marbling) dibagi menjadi slightly abundant, moderate, modest, small, slight,
traces, dan yang tampa lemak. Daging yang termasuk peringkat kualitas tinggi
menurut USDA ( prime, choice, good, dan standart) terdapat pada hewan-hewan
yang masuk kedewasaanya lebih awal. Ini mencerminkan bahwa konsumen sekarang
lebih suka memilih daging tampa lemak.
Menurut
Blakley (1991), teknik pemotongan ternak, yaitu :
1.
Ante Mortem
Pemeriksaan
ante mortem dilakukan oleh Dokter hewan sebelum penyembelihan dilaksanakan,
bila hewan dinyatakan tidak layak untuk dikomsumsi karena alasan tertentu maka
harus diberi etiket dan disingkirkan atau termasuk dalam produk tidak bisa
dimakan. Hewan yang telah lolos pemeriksaan Ante mortem langsung dibawa ke
tempat pembantaian.
2.
Pemingsanan
Berdasarkan
kemanusiaan, hewan yang akan disembelih dibuat tidak sadar secepat dan sedikit
mungkin merasa sakit, tampa meyebebkan jantungnya berhenti memompa. Disebabkan
beberapa faktor keselamatan kebanyakan dalam pemingsanan dilakukan dengan
menggunakan alat “Captive blot” yaitu suatu tongkat yang bekerja dalam suatu
silinder yang diaktifkan oleh suatu muatan yang eksposif yang menyerupai
selongsong kosong ditembakkan oleh suatu tekanan ditujukan kekepala sapi.
3.
Penyembelihan
Hewan
yang telah pingsan diangkat pada kaki belakang dengan menggunakan suatu
belenggu. Oleh karena jantung masih berdetak darah dipompa secara aktif dari
badan yang menggantung dan dengan sebilah pisau yang tajam pembuluh darah leher
(jugularis) dan urat nadi di leher dipotong. Setelah jantung berhenti berdenyut
darah terus mengalir oleh karena posisi karkas yang menggantung. Pengaliran
darah secara sempurna penting agar penampilannya menarik.
4.
Pengulitan
Setelah
pengaliran darah selesai hewan diturunkan pada bagian belakangnya sehingga
hewan bisa dikuliti. Karkas dinaikkan kembali dan proses pengulitan berakhir
dengan pemotongan kaki dan kepala serta pelepasan kulit. Karkas kemudian
diambil isi perutnya, ginjalnya tetap tinggal dalam badan. Karkas dan isi perut
diperiksa dan sebagian (misdalnya hati) mungkin saja ditolak atau pada beberapa
kasus seluruh karkas dapat ditolak untuk dikomsumsi.
5.
Pembelahan
Ekor
disingkirkan dan tulang belakang dibelah dua dengan gergaji listrik sehingga
menghasilkan dua potongan atau dua paruhan bagian yang kencang tightside dan
bagian yang longgar (loos side) bagian sebelah kiri selalu merupakan bagian
yang kencang sebab lemak melekat rapat pada ginjal dan tulang belakang,
memberikan suatu penampilan yang lebih menarik pada daging potongan.
6.
Pendinginan
Sebelum
pemeriksaan lebih lanjut, paruhan karkas yang masih hangat dicuci beberapa
bagian dibungkus dan dibawa keruang pendingin dimana temperatur dijaga tetap
pada 20C selama 24 jam sebelum pemotongan tulang rusuk. Daging yang sudah
distempel berarti layak untuk dikomsumsi manusia.
7. Penentuan peringkat mutu
Pisau
digunakan untuk memotong pada posisi antara tulang rusuk ke- 12 dan ke- 13. ini
akan membuka bagian pinggang (loin eve) dan dengan pengamatan-pengamatan yang
lain yang digunakan untuk menentukan kualitas daging sapi.
8. Persentase
bersih
Persentase
tergantung dari individu tetapi angka rata-rata biola dikaitkan dengan
peringkatnya adalah: prime and choice – 63% , standard and good – 60%,
commercial – 56%. Utility,cutter and canner – 52%.
9. Pelayuan
Untuk
keempukan yang optimum, karkas sapi yang lamaknya tipis dapat dilayukan selama
2 sampai 5 minggu pada temperatur 1 - 20C.
DAFTAR PUSTAKA
Berg,
R.T. dan R.M. Butterfield. 1976. New
Concepts of Cattle Growth. Sydney University Press, Sydney.
Blakleyl. 1991. Principle of Meat Science.
W.H. Freeman and Co. San Fransisco, USA
Boggs
dan Merkel. 1979. Introduction to Livestock
Production. W.H. Freeman &
Company, London.
Irma. 2013. Daging Sapi Beku Import Australia.http://irmaibulogjakartabanten.blogspot.com/2013/08/daging-sapi-beku-import-australia.html.
Diakses
pada 21 April 2014.
Ovi. 2011. Karkas domba.http://ovifarm.blogspot.com/2011/06/karkas-
domba.
html. Diakses pada 21 April 2014.
Rida.
2012. Evaluasi Karkas. http://ridanurfa.blogspot.com/2012/04/evaluasi-karkas.html. Diakses Tanggal 21 April 2014.
Salim,M. 2008. Pendugaan Bobot
Karkas, Bobot Daging Dan Bobot Tulang Berdasarkan Bobot Hidup Kelinci Lokal Betina.
Skripsi. Jurusan Produksi Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya.
Malang.
SNI
01-3925-1995. Karkas Kambing/Domba. Http://Pphp.Deptan.Go.Id/
Xplore/Files/Mutu-Standarisasi/Standar-Mutu/Standar_
Nasional/Sni_Ternak/Produk%20dan%20olahan/13.Pdf. Diakses Tanggal 21 April 2014.
Soeparno, R. 2002. Profil
Karkas Ternak Ruminansia. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner .
Suryanto. 2001.
Karkas Ruminansia. Kansius. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar