Senin, 14 Juli 2014

MEKANISME PROSES PENCERNAAN SELULOSA PADA TERNAK RUMINANSIA

TUGAS INDIVIDU
MAKALAH RANSUM RUMINANSIA




PROSES PENCERNAAN SELULOSA DALAM METABOLISME ENERGI TERNAK RUMINANSIA



OLEH :

NAMA                : MEGAWATI
NIM                    : I111 12 327
KELAS               : GANJIL (A)





Unhas.GIF





FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT  karena atas ridho, rahmat, serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Proses Pencernaan Selulosa dalam Metabolisme Energi Ternak Ruminansia”. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ransum Ruminansia. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah  kepada Nabi Besar Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabat dan kepada  umatnya sampai akhir zaman.  
Makalah ini berisi tentang metabolism energy dari ternak ruminansia, khususnya mengenai proses pencernaan selulosa. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi kepada para pembaca.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah  berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini . Penulis menyadari bahwa makalah  ini  masih memiliki kekurangan, sehingga kritik dan saran sangat diharapkan untuk menyempurnakan makalah ini.


          Makassar, 2 April 2014


             Penulis





BAB I
PENDAHULUAN


A.                Latar Belakang
Pencernaan merupakan proses perubahan yang bersifat mekanis dan kimia yang terjadi dalam saluran pencernaan sampai zat-zat makanan dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Perubahan tersebut dapat berupa penghalusan pakan menjadi partikel yang lebih kecil atau penguraian senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana. Pencernaan pakan pada ruminansia terjadi secara mekanis di dalam mulut yang bertujuan memperkecil ukuran partikel pakan, fermentasi oleh mikroba dalam rumen dan secara kimiawi oleh enzim-enzim yang dihasilkan oleh organ-organ pencernaan pasca rumen.
Lambung ruminansia terdiri atas empat bagian, yaitu rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Masing-masing bagian memiliki peran dan fungsi yang khusus. Rumen ruminansia terdapat mikroba (bakteri dan protozoa) yang memiliki kemampuan untuk merombak zat pakan secara fermentatif sehingga menjadi senyawa yang berbeda dengan bahan asal. Zat pakan tersebut berupa selulosa, hemiselulosa, dan lignin ataupun silica pada jerami padi.
Sepanjang yang diketahui tak satupun hewan yang mampu memproduksi enzim selulase, sehingga pencernaan selulosa sangat tergantung pada bakteri yang terdapat di sepanjang saluran pencernaan pakan. Bakteri selulolitik akan dominan apabila makanan utama ternak berupa serat kasar. Selulosa tersebut pada akhirnya akan diubah menjadi sumber energy bagi ternak. Sehingga, proses pencernaan selulosa sangat penting untuk diketahui dan dikaji lebih dalam lagi. Hal inilah yang melatarbelakangi penulisan makalah ini.
B.                 Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses pencernaan selulosa dalam metabolism energy ternak ruminansia.

C.                Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan makalah ini adalah agar para pembaca dapat mengetahui bagaimana proses pencernaan selulosa dalam metabolism energy ternak ruminansia.
















BAB II
PEMBAHASAN

Pada saat bahan pakan dimakan oleh ternak ruminansia, zat-zat makanan utama yang terkandung adalah karbohidrat, protein, dan lemak. Zat-zat makanan tersebut dicerna dan difermentasi di dalam rumen menghasilkan produk hasil pencernaan yang dimanfaatkan oleh ternak atau mikroba rumen.
Jaringan tanaman yang menjadi bahan pakan ternak ruminansia mengandung sekitar 75% karbohidrat. Karbohidrat tersebut dapat dibedakan menjadi 3 menurut fungsinya bagi tanaman, yaitu karbohidrat dinding sel, karbohidrat cadangan, dan karbohidrat isi sel yang larut dalam air. Oleh mikroba yang ada di dalam rumen, karbohidrat tanaman dicerna oleh enzim mikroba menghasilkan gula-gula sederhana. Gula-gula sederhana ini kemudian difermentasi oleh mikroba sehingga dihasilkan sumber energi yang digunakan untuk kehidupan dan perkembangan mikroba itu sendiri. Fermentasi ini menghasilkan produk akhir yang bermanfaat untuk induk semang (ternak).
Hasil akhir fermentasi mikrobial karbohidrat di dalam rumen adalah:
·                     Asam-asam lemak mudah terbang (volatile fatty acids, VFA), utamanya asam asetat, asam propionat, dan asam butirat.
·                     Gas fermentasi, utamanya gas karbondioksida dan gas metan.
Mikroba rumen mampu memfermentasi semua karbohidrat yang terkandung di dalam pakan. Namun demikian, laju fermentasi (pencernaannya) berbeda-beda antara satu jenis karbohidrat dengan yang lainnya. Kaborhidrat larut dan karbohidrat cadangan difermentasi dengan laju yang lebih cepat dibandingkan dengan karbohidrat dinding sel. Karbohidrat larut dicerna dengan laju sekitar 100 persen lebih cepat dibandingkan dengan karbohidrat cadangan, dan karbohidrat cadangan dicerna 5 kali lebih cepat dibandingkan dengan karbohidrat struktural yang menyusun dinding sel tanaman. Dengan meningkatnya umur tanaman, jaringan tanaman mengalami lignifikasi. Lignin yang terbentuk ini melindungi karbohidrat dinding sel tanaman dari serangan mikroba di dalam rumen. Dengan demikian, makin tua tanaman makin menurun ketercernaannya di dalam rumen.
Bakteri selulolitik adalah bakteri  yang mempunyai kemampuan untuk memecah selulosa dan mampu bertahan pada kondisi yang buruk pada saat makanan yang mengandung serat kasar yang tinggi. Contoh : Bacteroides sussinogenes (bentuk batang), Ruminococcus albus (bentuk bulat).
Van Soest membagi atau memisahkan antara dinding sel dan isi sel tanaman. Dinding sel dibagi dua bagian yaitu bagian pertama termasuk tidak mempunyai nilai gizi dan yang bagian kedua mempunyai nilai gizi. Evaluasi dengan metode Van Soest pada dasarnya menggambarkan bahwa tanaman terdiri atas sel, dan apabila tanaman bertambah tua maka dinding selnya akan menebal dan dalam proses penebalan dinding sel tersebut dipengaruhi oleh campur tangan lignin. Hal inilah yang menyebabkan makin tua tanaman makin sulit dicerna. Selulosa dan hemiselulosa dapat dicerna karena ada enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme dalam rumen. Selulosa dapat diurai menjadi selubiosa dan selanjutnya selubiosa diurai menjadi dua gugusan glukosa. Hemiselulosa dapat diurai menjadi xilosa, glukosa, galaktosa dan arabinosa. Dengan demikian selulosa dan hemiselulosa dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi ternak ruminansia dan kuda.
Lignoselulosa merupakan komponen utama tanaman yangmenggambarkan jumlah sumber bahan organik yang dapat diperbaharui. Lignoselulosa terdiri dari selulosa, hemiselulosa, lignin dan beberapa bahan ekstraktif lain. Semua komponen lignoselulosa terdapat pada dinding sel tanaman. Selulosa secara alami terproteksi dari degradasi dengan adanya hemiselulosa dan lignin. Selulosa merupakan komponen utama penyusun dinding sel tanaman. Selulosa merupakan polimer glukosa dengan ikatanβ-1,4 glukosida dalam rantai lurus. Selulosa mengandung sekitar 50-90% bagian berkristal dan sisanya bagian amorf.

Hasil Pencernaan Karbohidrat
Pada ternak non-ruminansia, hasil akhir pencernaan karbohidrat adalah monosakarida, utamanya glukosa. Tidak demikian halnya dengan ternak ruminansia. Pada ternak ruminansia, monosakarida juga dihasilkan selama proses pencernaan mikrobial di dalam rumen, tetapi monosakarida tersebut seperti telah disinggung di atas difermentasi lagi menjadi asam-asam lemak mudah terbang (volatile fatty acids, VFA). Proses fermentasi ini berjalan dengan cepat sehingga dalam kondisi pemberian pakan yang normal, sangat sedikit monosakarida yang lolos dari fermentasi di dalam rumen. Dengan demikian, glukosa bukan merupakan nutrien sumber energi utama yang diserap dari saluran pencernaan ruminansia seperti halnya pada ternak non-ruminansia.

Asam Lemak Mudah Terbang (Volatile Fatty Acids, VFA)
Asam-asam lemak mudah terbang (VFA) adalah hasil akhir utama pencernaan fermentatif karbohidrat di dalam rumen. Dalam beberapa literatur, VFA ini sering disebut dengan nama yang berbeda, seperti asam lemak mudah menguap atau asam lemak atsiri. VFA utama yang dihasilkan adalah asam asetat, asam propionat, dan asam butirat. Di samping itu, kadang-kadang dihasilkan pula VFA berantai cabang seperti asam isovalerat, isobutirat, dan lain-lain. Sebagian besar VFA yang dihasilkan di dalam rumen langsung diserap masuk ke dalam tubuh melewati dinding rumen. Hanya sedikit sekali jumlah VFA yang bisa keluar dari rumen menuju ke saluran pencernaan setelah rumen. Di dalam tubuh, VFA digunakan untuk berbagai proses metabolisme.
Di antara VFA, asam asetat adalah yang terbanyak dihasilkan. Proporsi asam asetat bisa mencapai 50 hingga 60 persen dari total VFA yang dihasilkan. Asam asetat selalu dominan di dalam rumen, utamanya pada pemberian pakan yang berbasis hijauan. Asam asetat digunakan oleh tubuh untuk sintesis asam-asam lemak dan merupakan prekursor utama untuk proses lipogenesis yang terjadi pada jaringan adiposa. Beberapa asam asetat juga digunakan dalam metabolisme otot dan lemak tubuh. Produksi asam asetat dalam jumlah yang cukup penting untuk sintesis lemak susu pada ternak ruminansia yang sedang laktasi.
Produksi asam asetat di dalam rumen bisa menurun (namun tetap dominan) apabila pakan yang dikonsumsi mengandung sedikit serat. Hal ini juga terjadi pada sistem pemberian pakan yang menggunakan banyak biji-bijian. Konsumsi minyak yang tinggi juga menurunkan produksi asam asetat di dalam rumen. Asam propionat merupakan anggota VFA terbanyak kedua yang dihasilkan di dalam rumen dan proporsinya adalah sekitar 18 sampai 20 persen dari total VFA yang dihasilkan. Proporsi asam propionat yang tertinggi dicapai pada saat ternak banyak mengkonsumsi biji-bijian. Asam propionat (bersama dengan asam amino) digunakan sebagai bahan untuk proses sintesis glukosa di dalam tubuh melalui proses yang disebut glukoneogenesis yang berlangsung di hati. Di samping itu, asam propionat juga digunakan untuk sintesis laktosa (gula susu).
Anggota VFA yang berikutnya adalah asam butirat dan jumlahnya bisa mencapai 12 hingga 18 persen dari total VFA yang dihasilkan. Sebagian besar asam butirat diubah menjadi badan-badan keton pada sewaktu melintasi dinding rumen selama proses penyerapan. Badan keton yang utama adalah beta asam hidrokisbutirat (beta hydroxibutyric acid, BHBA) yang mencapai 80% dari total keton hasil konversi asam butirat. BHBA ini digunakan dalam proses sintesis asam-asam lemak, pada jaringan adiposa maupun jaringan kelenjar mammary.

Gas Fermentasi
Selama proses fermentasi mikrobial bahan pakan di dalam rumen, dihasilkan pula gas fermentasi sebagai hasil samping, utamanya gas karbondioksida (CO2) dan metan (CH4). Gas metan ini dihasilkan oleh mikroba metanogenesis, yaitu mikroba yang dalam metabolisme selnya menghasilkan gas metan. Jumlah gas yang dihasilkan selama proses fermentasi setiap jam bisa mencapai 30 sampai 50 liter pada sapi dan sekitar 5 liter pada domba. Gas fermentasi ini dikeluarkan dari dalam rumen melalui eruktasi (sendawa). Adalah penting bahwa gas bisa dikeluarkan dengan lancar tanpa hambatan. Bila terjadi hambatan maka gas ini akan terperangkap dan mengakibatkan bloat yang membahayakan kehidupan ternak.
Gas yang dihasilkan selama proses fermentasi rumen merupakan proses yang tidak menguntungkan bagi ternak ruminansia atau lingkungan. Produksi metan di dalam rumen menyebabkan kehilangan energi pakan sekitar 7 sampai 8 persen. Di samping itu, gas metan yang dihasilkan juga memberikan kontribusi terhadap pemanasan global (global warming) akibat efek rumah kaca (green house effect) yang ditimbulkannya.

Penyerapan VFA
VFA yang dihasilkan di dalam rumen sebagian besar diserap masuk ke dalam tubuh melalui dinding rumen, dan sebagian kecil masuk dan diserap di omasum dan abomasum. Pengeluaran VFA dari rumen secara terus menerus melalui penyerapan merupakan proses yang penting untuk menjaga rumen dari kondisi yang terlalu asam (penurunan pH). Tingkat keasaman yang tinggi (pH rendah) merupakan kondisi yang tidak diinginkan untuk kehidupan mikroba rumen, utamanya mikroba selulolitik.
Laju penyerapan VFA dari dalam rumen dipengaruhi oleh panjang rantai masing-masing asam anggota VFA. Asam yang rantainya lebih panjang diserap dengan laju yang lebih tinggi dibandingkan dengan asam yang rantainya lebih pendek. Dengan demikian, urutan laju penyerapan asam anggota VFA utama adalah butirat > propionat > asetat.
Namun demikian, penyerapan asam anggota VFA secara netto yang sampai ke aliran darah ditentukan oleh konsentrasi asam tersebut di dalam rumen dan tingkat penggunaannya oleh dinding rumen. Urutan tingkat penggunaan VFA oleh dinding rumen adalah butirat > propionat > asetat. Karena konsentrasi asam asetat yang tinggi di dalam rumen dan tingkat penggunaannya yang rendah oleh dinding rumen, maka asam asetat lah yang paling banyak muncul di darah, disusul oleh asam propionat, dan kemudian asam butirat. Secara kuantitas, sangat sedikit asam butirat yang dideteksi mencapai darah karena konsentrasinya yang rendah di dalam rumen dan tingkat penggunaannya yang tinggi pada dinding rumen.
Asam laktat juga bisa muncul di dalam rumen apabila ternak ruminansia mengkonsumsi pakan yang banyak mengandung pati. Asam laktat ini juga diserap masuk ke dalam darah melalui dinding rumen. Akumulasi asam laktat di dalam rumen jarang terjadi apabila ternak diberi kesempatan untuk menyesuaikan diri terhadap pakan tersebut. Waktu penyesuaian yang cukup dan perubahan pemberian pakan yang perlahan-lahan akan memungkinkan bakteri pengguna laktat untuk berkembang di dalam rumen sehingga akumulasi asam laktat secara berlebihan tidak. Apabila dihasilkan terlalu banyak asam laktat melebih kemampuan mikroba untuk menggunakannya, sejumlah besar asam laktat akan diserap dan bisa menyebabkan kondisi acidosis.












BAB III
PENUTUP

A.                Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pencernaan selulosa dilakukan oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri selulolitik. Selulosa diurai menjadi selubiosa dan selanjutnya selubiosa diurai menjadi dua gugusan glukosa. Hemiselulosa dapat diurai menjadi xilosa, glukosa, galaktosa dan arabinosa. Dengan demikian selulosa dan hemiselulosa dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi ternak ruminansia.

B.                 Saran
Sebaiknya, penelitian mengenai proses pencernaan pada ternak ruminansia khusunya pencernaan karbohidrat seperti selulosa masih perlu dikaji lagi, demi peningkatan daya cerna dari ternak ruminansia, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas ternak.


















DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 2013. Pencernaan Karbohidrat. https://sites.google.com/site/ nutrisiternakruminansia/karbohidrat. Diakses pada 02 April 2014.

Aurora, S.P. 1989. Pencernaan Mikroba Pada Ruminansia Srigondo. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Miswadi. 2012. Peran Mikroorganisme Dalam Penguraian Bahan Organik Pakan Ternak. Jurnal. Politeknik Negeri Lampung.

Orskov, E. R. 1982. Protein Nutrition in Ruminants. Academic Press. Harcourt  race Javanovich. Publishers.

Yokoyama, M.T. and Johnson, K.A. 1988. Microbiology of The Rumen and Intestin. Prentice Hall. New Jersey.































TUGAS INDIVIDU
RANSUM RUMINANSIA




METABOLISME KARBOHIDRAT



OLEH :

NAMA                : MEGAWATI
NIM                    : I111 12 327
KELAS               : GANJIL (A)





Unhas.GIF





FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014


1.            Tuliskan bakteri yang menghasilkan enzim selulase dalam retikulorumen !
Jawab :
Bakteri selulolitik menghasilkan enzim yang dapat menghidrolisis ikatan glukosida b 1.4, sellulosa dan dimer selobiosa. Sepanjang yang diketahui tak satupun hewan yang mampu memproduksi enzim selulase sehingga pencernaan selulosa sangat tergantung pada bakteri yang terdapat di sepanjang saluran pencernaan pakan. Bakteri selulolitik akan dominan apabila makanan utama ternak berupa serat kasar. Contoh bakteri selulolitik antara lain adalah :
a.                   Bacteriodes succinogene
b.                  Ruminicoccus flavefaciens
c.                   Ruminicoccus albus
d.                  Cillobacterium cellulosolvens
e.                   Butyrivibrio fibrisolvent
f.                   Clostridium lockheadii

2.            Jelaskan proses penguraian hemiselulosa menjadi xylosa, glukosa, galaktosa, dan arabinosa !
Jawab :
Hemiselulosa berbeda dengan selulosa terutama dalam kandungan pentose, gula heksosa serta biasanya asam uronat. Hemiselulosa merupakan struktur polisakarida yang penting dalam dinding sel tanaman. Mikroorganisme yang dapat menghidrolisa selulosa biasanya juga dapat menghidrolisa hemiselulosa. Meskipun demikian ada beberapa spesies yang dapat menghidrolisa hemiselulosa tetapi tidak dapat menghidrolisa selulosa. Contoh bakteri hemiselulolitik antara lain Butyrivibrio fibriosolven dan Bacteriodes ruminicola.
Hemiselulosa adalah karbohidrat yang terdapat dalam tanaman yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam asam dan alkali . Hemiselulosa ini terdapat dalam tanaman yang menjadi pakan temak dalam jumlah besar. Hemiselulosa tersusun dari gabungan gula-gula sederhana dengan lima atau enam atom karbon. Degradasi hemiselulosa dalam asam lebih tinggi dibandingkan dengan delignifikasi, dan hidrolisis dalam suasana basa tidak semudah dalam suasana asam.

3.            Jelaskan perbedaan mendasar antara ruminansia dan non ruminansia dalam metabolisme karbohidrat !
Jawab :
Ternak ruminansia merupakan hewan yang memiliki empat lambung, di antaranya rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Proses pencernaan ruminansaia yaitu pencernaan secara mekanisme dimulut dengan bantuan saliva (air lidah), pencernaan fermentatif didalam rumen dengan bantuan mikroba rumen, dan pencernaan enzimatis pasca rumen (hidrolitik). Sedangkan ternak non-ruminansia hanya memiliki satu lambung atau sering disebut dengan mono gastrik. Semua pencernaan terjadi dalam usus halus, dan asam amino adalah hasil pencernaan yang diserap oleh tubuh.

Pemecahan Karbohidrat menjadi VFA :
Akhir dari fermentasi karbohidrat di dalam rumen adalah VFA (asetat, propionat, butirat), karbon dioksida dan methan. Karbohidrat dalam pakan dapat dikelompokkan menjadi karbohidrat struktural (fraksi serat) dan karbohidrat non struktural (fraksi yang mudah tersedia). Selulosa dan hemiselulosa termasuk dalam fraksi karbohidrat struktural (fraksi serat) yang merupakan komponen utama dari dinding sel tanaman. Paling banyak energi yang dihasilkan dalam bentuk VFA.
Pemecahan karbohidrat menjadi VFA terjadi di perut rumen yang terdiri dari 2 tahap:
1.                  Hidrolisis ekstraseluler dari karbohidrat kompleks (selulosa, hemiselulosa, pektin) menjadi oligosakarida rantai pendek terutama disakarida (selobiosa, maltosa, pentosa) dan gula-gula sederhana.
2.                  Pemecahan oligosakarida dan gula-gula sederhana menjadi VFA oleh aktifitas enzim intraseluler. Asam lemak terbang (VFA) yang dominan (Asetat, Propionat, dan butirat) akan diserap melalui diding rumen, masuk kedalam sirkulasi darah dan di transportasikan ke jaringan tubuh ternak.
Senyawa-senyawa tersebut akan mengalami proses metabolisme, yaitu katabolisme yang mensuplai energi, dan biosintesis misalnya, biosintesis glukosa dari asam propionat di dalam jaringan tubuh ternak. Dalam pencernaan ini dihasilkan pula produk ikutan berupa beberapa gas: metan (CH4), CO2 dan H2; yang dikeluarkan dari tubuh melalui proses eruktasi (belching/ bersendawa). Penyerapan asam lemak terbang (VFA) 75% diserap langsung dari retikulum masuk kedalam darah, 20% diserap dari abomasum dan omasum, 5% lolos masuk ke dalam usus halus untuk diserap masuk ke darah.
Penyerapan VFA tergantung pada perbedaan antara konsentrasinya di dalam cairan rumen dan didalam sel-sel epitel atau darah. Laju penyerapan VFA dari rumen meningkat sejalan dengan penurunan pH cairan rumen. Asam butirat dari rumen akan melalui dinding rumrn untuk masuk kedalam darah untuk dikonversi menjadi I2-hidroksibutirat, sedangkan asam propionat akan dikonversi menjadi asam laktat. Hal ini menjadi asam laktat. Hal ini terjadi karena peran enzim-enzim tertentu yang ada didalam sel-sel epitel. I2-hidroksibutirat dapat digunakan sebagai sumber energi bagi sejumlah jaringan, misalnya otot, kerangka atau hati. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi VFA dalam rumen yaitu :
Makanan serat (sumber hijauan) akan menghasilkan lebih banyak asetat dari pada propionat sehingga lebih sesuai untuk ternak berproduksi air susu (kadar lemak tinggi). Makanan pati (biji-bijian/konsentrat tinggi) menghasilkan propionat tinggi, sesuai untuk ternak daging. Rasio antara konsentrat dan hijauan pakan. Bentuk fisik pakan (ukuran partikel)Level intake Frekuensi pemberian pakan.
Metabolisme VFA di dalam jaringan Tubuh Ternak VFA yang diserap dari retikulorumen melalui jaringan dimana VFA tersebut mengalami oksidasi dan perombakan menjadi energi ternak untuk biosintesa lemak atau glukosa. Jumlah setiap asam yang digunakan tersebut berbeda-beda menurut jenis VFA tersebut : 50% asam asetat dioksidasi di jaringan tubuh sapi perah sedangkan 2/3 asam butirat dan ½ asam propionat mengalami oksidasi tersebut. Metabolidme asam propionat dan butirat terjadi di dalam hati; 60% adalah asetat dimetabolilsmekan di jaringan perifer (otot dan adiposa) dan hanya 20% di metabolisasikan di hati. Produk fermentasi (VFA) di dalam rumen diserap melalui epitel rumen dan menjadi sumber energi utama pada ternak ruminasia. Sebagian mikroba yang tumbuh dalam rumen bersama digesta akan bergerak ke abomasum untuk selanjutnya mengalami pencernaan enzimatis dan penyerapan. Untuk mendukung proses metabolisme di atas, pergerakan dan kontraksi dinding rumen sangat berperan. Pergerakan dan kontraski tersebut membantu proses pengadukan digesta dan inokulasi partikel pakan, ruminasi dan pergerakan digesta ke abomasum.
Bagan 1. Proses perubahan karbohidrat menjadi asam piruvat



Bagan 2. Perubahan asalm piruvat menjadi VFA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar