TUGAS INDIVIDU
MAKALAH RANSUM RUMINANSIA
PROSES PENCERNAAN SELULOSA DALAM METABOLISME ENERGI
TERNAK RUMINANSIA
OLEH :
NAMA :
MEGAWATI
NIM :
I111 12 327
KELAS :
GANJIL (A)

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT
karena atas ridho, rahmat, serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Proses Pencernaan Selulosa dalam Metabolisme Energi
Ternak Ruminansia”. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Ransum Ruminansia. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah
kepada Nabi Besar Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabat dan
kepada umatnya sampai akhir zaman.
Makalah ini berisi tentang metabolism energy dari
ternak ruminansia, khususnya mengenai proses pencernaan selulosa. Semoga
makalah ini dapat memberikan informasi kepada para pembaca.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini . Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan, sehingga kritik
dan saran sangat diharapkan untuk menyempurnakan makalah ini.
Makassar, 2 April 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pencernaan merupakan proses perubahan yang bersifat
mekanis dan kimia yang terjadi dalam saluran pencernaan sampai zat-zat makanan
dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Perubahan tersebut dapat berupa penghalusan
pakan menjadi partikel yang lebih kecil atau penguraian senyawa kompleks
menjadi senyawa yang lebih sederhana. Pencernaan pakan pada ruminansia terjadi
secara mekanis di dalam mulut yang bertujuan memperkecil ukuran partikel pakan,
fermentasi oleh mikroba dalam rumen dan secara kimiawi oleh enzim-enzim yang
dihasilkan oleh organ-organ pencernaan pasca rumen.
Lambung ruminansia terdiri atas empat bagian, yaitu
rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Masing-masing bagian memiliki peran dan
fungsi yang khusus. Rumen ruminansia terdapat mikroba (bakteri dan protozoa)
yang memiliki kemampuan untuk merombak zat pakan secara fermentatif sehingga
menjadi senyawa yang berbeda dengan bahan asal. Zat pakan tersebut berupa
selulosa, hemiselulosa, dan lignin ataupun silica pada jerami padi.
Sepanjang yang diketahui tak satupun
hewan yang mampu memproduksi enzim selulase, sehingga pencernaan selulosa
sangat tergantung pada bakteri yang terdapat di sepanjang saluran pencernaan
pakan. Bakteri selulolitik akan dominan apabila makanan utama ternak berupa
serat kasar. Selulosa tersebut pada akhirnya akan diubah menjadi sumber energy
bagi ternak. Sehingga, proses pencernaan selulosa sangat penting untuk
diketahui dan dikaji lebih dalam lagi. Hal inilah yang melatarbelakangi
penulisan makalah ini.
B.
Tujuan
Penulisan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan
penulisan dari makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses pencernaan
selulosa dalam metabolism energy ternak ruminansia.
C.
Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini adalah agar para pembaca
dapat mengetahui bagaimana proses pencernaan selulosa dalam metabolism energy
ternak ruminansia.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada
saat bahan pakan dimakan oleh ternak ruminansia, zat-zat makanan utama yang
terkandung adalah karbohidrat, protein, dan lemak. Zat-zat makanan tersebut
dicerna dan difermentasi di dalam rumen menghasilkan produk hasil pencernaan
yang dimanfaatkan oleh ternak atau mikroba rumen.
Jaringan
tanaman yang menjadi bahan pakan ternak ruminansia mengandung sekitar 75%
karbohidrat. Karbohidrat tersebut dapat dibedakan menjadi 3 menurut fungsinya
bagi tanaman, yaitu karbohidrat dinding sel, karbohidrat cadangan, dan
karbohidrat isi sel yang larut dalam air. Oleh mikroba yang ada di dalam rumen,
karbohidrat tanaman dicerna oleh enzim mikroba menghasilkan gula-gula
sederhana. Gula-gula sederhana ini kemudian difermentasi oleh mikroba sehingga
dihasilkan sumber energi yang digunakan untuk kehidupan dan perkembangan
mikroba itu sendiri. Fermentasi ini menghasilkan produk akhir yang bermanfaat
untuk induk semang (ternak).
Hasil akhir
fermentasi mikrobial karbohidrat di dalam rumen adalah:
·
Asam-asam lemak mudah terbang (volatile
fatty acids, VFA), utamanya asam asetat, asam propionat, dan asam butirat.
·
Gas fermentasi, utamanya gas karbondioksida
dan gas metan.
Mikroba
rumen mampu memfermentasi semua karbohidrat yang terkandung di dalam pakan.
Namun demikian, laju fermentasi (pencernaannya) berbeda-beda antara satu jenis
karbohidrat dengan yang lainnya. Kaborhidrat larut dan karbohidrat cadangan
difermentasi dengan laju yang lebih cepat dibandingkan dengan karbohidrat
dinding sel. Karbohidrat larut dicerna dengan laju sekitar 100 persen lebih
cepat dibandingkan dengan karbohidrat cadangan, dan karbohidrat cadangan
dicerna 5 kali lebih cepat dibandingkan dengan karbohidrat struktural yang
menyusun dinding sel tanaman. Dengan meningkatnya umur tanaman, jaringan
tanaman mengalami lignifikasi. Lignin yang terbentuk ini melindungi karbohidrat
dinding sel tanaman dari serangan mikroba di dalam rumen. Dengan demikian,
makin tua tanaman makin menurun ketercernaannya di dalam rumen.
Bakteri selulolitik
adalah bakteri yang mempunyai kemampuan
untuk memecah selulosa dan mampu bertahan pada kondisi yang buruk pada saat
makanan yang mengandung serat kasar yang tinggi. Contoh : Bacteroides
sussinogenes (bentuk batang), Ruminococcus albus (bentuk bulat).
Van Soest membagi atau
memisahkan antara dinding sel dan isi sel tanaman. Dinding sel dibagi dua
bagian yaitu bagian pertama termasuk tidak mempunyai nilai gizi dan yang bagian
kedua mempunyai nilai gizi. Evaluasi dengan metode Van Soest pada dasarnya
menggambarkan bahwa tanaman terdiri atas sel, dan apabila tanaman bertambah tua
maka dinding selnya akan menebal dan dalam proses penebalan dinding sel tersebut
dipengaruhi oleh campur tangan lignin. Hal inilah yang menyebabkan makin tua
tanaman makin sulit dicerna. Selulosa dan hemiselulosa dapat dicerna karena ada
enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme dalam rumen. Selulosa dapat diurai
menjadi selubiosa dan selanjutnya selubiosa diurai menjadi dua gugusan glukosa.
Hemiselulosa dapat diurai menjadi xilosa, glukosa, galaktosa dan arabinosa.
Dengan demikian selulosa dan hemiselulosa dapat dimanfaatkan sebagai sumber
energi ternak ruminansia dan kuda.
Lignoselulosa merupakan
komponen utama tanaman yangmenggambarkan jumlah sumber bahan organik yang dapat
diperbaharui. Lignoselulosa terdiri dari selulosa, hemiselulosa, lignin dan
beberapa bahan ekstraktif lain. Semua komponen lignoselulosa terdapat pada dinding
sel tanaman. Selulosa secara alami terproteksi dari degradasi dengan adanya
hemiselulosa dan lignin. Selulosa merupakan komponen utama penyusun dinding sel
tanaman. Selulosa merupakan polimer glukosa dengan ikatanβ-1,4 glukosida dalam
rantai lurus. Selulosa mengandung sekitar 50-90% bagian berkristal dan sisanya
bagian amorf.
Pada
ternak non-ruminansia, hasil akhir pencernaan karbohidrat adalah monosakarida,
utamanya glukosa. Tidak demikian halnya dengan ternak ruminansia. Pada ternak
ruminansia, monosakarida juga dihasilkan selama proses pencernaan mikrobial di
dalam rumen, tetapi monosakarida tersebut seperti telah disinggung di atas
difermentasi lagi menjadi asam-asam lemak mudah terbang (volatile fatty acids,
VFA). Proses fermentasi ini berjalan dengan cepat sehingga dalam kondisi
pemberian pakan yang normal, sangat sedikit monosakarida yang lolos dari
fermentasi di dalam rumen. Dengan demikian, glukosa bukan merupakan nutrien
sumber energi utama yang diserap dari saluran pencernaan ruminansia seperti
halnya pada ternak non-ruminansia.
Asam Lemak Mudah Terbang (Volatile
Fatty Acids, VFA)
Asam-asam
lemak mudah terbang (VFA) adalah hasil akhir utama pencernaan fermentatif
karbohidrat di dalam rumen. Dalam beberapa literatur, VFA ini sering disebut
dengan nama yang berbeda, seperti asam lemak mudah menguap atau asam lemak
atsiri. VFA utama yang dihasilkan adalah asam asetat, asam propionat, dan asam
butirat. Di samping itu, kadang-kadang dihasilkan pula VFA berantai cabang
seperti asam isovalerat, isobutirat, dan lain-lain. Sebagian besar VFA yang
dihasilkan di dalam rumen langsung diserap masuk ke dalam tubuh melewati
dinding rumen. Hanya sedikit sekali jumlah VFA yang bisa keluar dari rumen
menuju ke saluran pencernaan setelah rumen. Di dalam tubuh, VFA digunakan untuk
berbagai proses metabolisme.
Di
antara VFA, asam asetat adalah yang terbanyak dihasilkan. Proporsi asam asetat
bisa mencapai 50 hingga 60 persen dari total VFA yang dihasilkan. Asam asetat
selalu dominan di dalam rumen, utamanya pada pemberian pakan yang berbasis
hijauan. Asam asetat digunakan oleh tubuh untuk sintesis asam-asam lemak dan
merupakan prekursor utama untuk proses lipogenesis yang terjadi pada jaringan
adiposa. Beberapa asam asetat juga digunakan dalam metabolisme otot dan lemak
tubuh. Produksi asam asetat dalam jumlah yang cukup penting untuk sintesis
lemak susu pada ternak ruminansia yang sedang laktasi.
Produksi
asam asetat di dalam rumen bisa menurun (namun tetap dominan) apabila pakan
yang dikonsumsi mengandung sedikit serat. Hal ini juga terjadi pada sistem
pemberian pakan yang menggunakan banyak biji-bijian. Konsumsi minyak yang
tinggi juga menurunkan produksi asam asetat di dalam rumen. Asam propionat
merupakan anggota VFA terbanyak kedua yang dihasilkan di dalam rumen dan
proporsinya adalah sekitar 18 sampai 20 persen dari total VFA yang dihasilkan.
Proporsi asam propionat yang tertinggi dicapai pada saat ternak banyak
mengkonsumsi biji-bijian. Asam propionat (bersama dengan asam amino) digunakan
sebagai bahan untuk proses sintesis glukosa di dalam tubuh melalui proses yang
disebut glukoneogenesis yang berlangsung di hati. Di samping itu, asam
propionat juga digunakan untuk sintesis laktosa (gula susu).
Anggota
VFA yang berikutnya adalah asam butirat dan jumlahnya bisa mencapai 12 hingga
18 persen dari total VFA yang dihasilkan. Sebagian besar asam butirat diubah
menjadi badan-badan keton pada sewaktu melintasi dinding rumen selama proses
penyerapan. Badan keton yang utama adalah beta asam hidrokisbutirat (beta
hydroxibutyric acid, BHBA) yang mencapai 80% dari total keton hasil konversi
asam butirat. BHBA ini digunakan dalam proses sintesis asam-asam lemak, pada
jaringan adiposa maupun jaringan kelenjar mammary.
Selama
proses fermentasi mikrobial bahan pakan di dalam rumen, dihasilkan pula gas
fermentasi sebagai hasil samping, utamanya gas karbondioksida (CO2) dan metan
(CH4). Gas metan ini dihasilkan oleh mikroba metanogenesis, yaitu mikroba yang
dalam metabolisme selnya menghasilkan gas metan. Jumlah gas yang dihasilkan
selama proses fermentasi setiap jam bisa mencapai 30 sampai 50 liter pada sapi
dan sekitar 5 liter pada domba. Gas fermentasi ini dikeluarkan dari dalam rumen
melalui eruktasi (sendawa). Adalah penting bahwa gas bisa dikeluarkan dengan
lancar tanpa hambatan. Bila terjadi hambatan maka gas ini akan terperangkap dan
mengakibatkan bloat yang membahayakan kehidupan ternak.
Gas
yang dihasilkan selama proses fermentasi rumen merupakan proses yang tidak
menguntungkan bagi ternak ruminansia atau lingkungan. Produksi metan di dalam
rumen menyebabkan kehilangan energi pakan sekitar 7 sampai 8 persen. Di samping
itu, gas metan yang dihasilkan juga memberikan kontribusi terhadap pemanasan
global (global warming) akibat efek rumah kaca (green house effect) yang
ditimbulkannya.
VFA
yang dihasilkan di dalam rumen sebagian besar diserap masuk ke dalam tubuh
melalui dinding rumen, dan sebagian kecil masuk dan diserap di omasum dan
abomasum. Pengeluaran VFA dari rumen secara terus menerus melalui penyerapan
merupakan proses yang penting untuk menjaga rumen dari kondisi yang terlalu asam
(penurunan pH). Tingkat keasaman yang tinggi (pH rendah) merupakan kondisi yang
tidak diinginkan untuk kehidupan mikroba rumen, utamanya mikroba selulolitik.
Laju
penyerapan VFA dari dalam rumen dipengaruhi oleh panjang rantai masing-masing
asam anggota VFA. Asam yang rantainya lebih panjang diserap dengan laju yang
lebih tinggi dibandingkan dengan asam yang rantainya lebih pendek. Dengan
demikian, urutan laju penyerapan asam anggota VFA utama adalah butirat >
propionat > asetat.
Namun
demikian, penyerapan asam anggota VFA secara netto yang sampai ke aliran darah
ditentukan oleh konsentrasi asam tersebut di dalam rumen dan tingkat
penggunaannya oleh dinding rumen. Urutan tingkat penggunaan VFA oleh dinding
rumen adalah butirat > propionat > asetat. Karena konsentrasi asam asetat
yang tinggi di dalam rumen dan tingkat penggunaannya yang rendah oleh dinding
rumen, maka asam asetat lah yang paling banyak muncul di darah, disusul oleh
asam propionat, dan kemudian asam butirat. Secara kuantitas, sangat sedikit asam
butirat yang dideteksi mencapai darah karena konsentrasinya yang rendah di
dalam rumen dan tingkat penggunaannya yang tinggi pada dinding rumen.
Asam
laktat juga bisa muncul di dalam rumen apabila ternak ruminansia mengkonsumsi
pakan yang banyak mengandung pati. Asam laktat ini juga diserap masuk ke dalam
darah melalui dinding rumen. Akumulasi asam laktat di dalam rumen jarang
terjadi apabila ternak diberi kesempatan untuk menyesuaikan diri terhadap pakan
tersebut. Waktu penyesuaian yang cukup dan perubahan pemberian pakan yang
perlahan-lahan akan memungkinkan bakteri pengguna laktat untuk berkembang di
dalam rumen sehingga akumulasi asam laktat secara berlebihan tidak. Apabila
dihasilkan terlalu banyak asam laktat melebih kemampuan mikroba untuk menggunakannya,
sejumlah besar asam laktat akan diserap dan bisa menyebabkan kondisi acidosis.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa pencernaan selulosa dilakukan oleh enzim selulase yang
dihasilkan oleh bakteri selulolitik. Selulosa diurai menjadi
selubiosa dan selanjutnya selubiosa diurai menjadi dua gugusan glukosa. Hemiselulosa
dapat diurai menjadi xilosa, glukosa, galaktosa dan arabinosa. Dengan demikian
selulosa dan hemiselulosa dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi ternak
ruminansia.
B.
Saran
Sebaiknya, penelitian mengenai proses pencernaan pada
ternak ruminansia khusunya pencernaan karbohidrat seperti selulosa masih perlu
dikaji lagi, demi peningkatan daya cerna dari ternak ruminansia, sehingga pada
akhirnya dapat meningkatkan produktivitas ternak.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Pencernaan Karbohidrat. https://sites.google.com/site/ nutrisiternakruminansia/karbohidrat. Diakses pada 02 April 2014.
Aurora,
S.P. 1989. Pencernaan Mikroba Pada Ruminansia Srigondo. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta.
Miswadi.
2012. Peran Mikroorganisme Dalam Penguraian Bahan Organik Pakan Ternak. Jurnal.
Politeknik Negeri Lampung.
Orskov,
E. R. 1982. Protein Nutrition in Ruminants. Academic Press. Harcourt race Javanovich. Publishers.
Yokoyama,
M.T. and Johnson, K.A. 1988. Microbiology of The Rumen and Intestin. Prentice
Hall. New Jersey.
TUGAS INDIVIDU
RANSUM RUMINANSIA
METABOLISME KARBOHIDRAT
OLEH :
NAMA :
MEGAWATI
NIM :
I111 12 327
KELAS :
GANJIL (A)

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
1.
Tuliskan bakteri yang menghasilkan enzim
selulase dalam retikulorumen !
Jawab :
Bakteri
selulolitik menghasilkan enzim yang dapat menghidrolisis ikatan glukosida b
1.4, sellulosa dan dimer selobiosa. Sepanjang yang diketahui tak satupun hewan
yang mampu memproduksi enzim selulase sehingga pencernaan selulosa sangat
tergantung pada bakteri yang terdapat di sepanjang saluran pencernaan pakan.
Bakteri selulolitik akan dominan apabila makanan utama ternak berupa serat
kasar. Contoh bakteri selulolitik antara lain adalah :
a.
Bacteriodes
succinogene
b.
Ruminicoccus
flavefaciens
c.
Ruminicoccus
albus
d.
Cillobacterium
cellulosolvens
e.
Butyrivibrio fibrisolvent
f.
Clostridium
lockheadii
2.
Jelaskan proses penguraian hemiselulosa
menjadi xylosa, glukosa, galaktosa, dan arabinosa !
Jawab :
Hemiselulosa
berbeda dengan selulosa terutama dalam kandungan pentose, gula heksosa serta
biasanya asam uronat. Hemiselulosa merupakan struktur polisakarida yang penting
dalam dinding sel tanaman. Mikroorganisme yang dapat menghidrolisa selulosa
biasanya juga dapat menghidrolisa hemiselulosa. Meskipun demikian ada beberapa
spesies yang dapat menghidrolisa hemiselulosa tetapi tidak dapat menghidrolisa
selulosa. Contoh bakteri hemiselulolitik antara lain Butyrivibrio fibriosolven dan Bacteriodes
ruminicola.
Hemiselulosa adalah karbohidrat yang
terdapat dalam tanaman yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam asam dan
alkali . Hemiselulosa ini terdapat dalam tanaman yang menjadi pakan temak dalam
jumlah besar. Hemiselulosa tersusun dari gabungan gula-gula sederhana dengan
lima atau enam atom karbon. Degradasi hemiselulosa dalam asam lebih tinggi
dibandingkan dengan delignifikasi, dan hidrolisis dalam suasana basa tidak
semudah dalam suasana asam.
3.
Jelaskan perbedaan mendasar antara
ruminansia dan non ruminansia dalam metabolisme karbohidrat !
Jawab :
Ternak
ruminansia merupakan hewan yang memiliki empat lambung, di antaranya rumen,
retikulum, omasum dan abomasum. Proses pencernaan ruminansaia yaitu pencernaan
secara mekanisme dimulut dengan bantuan saliva (air lidah), pencernaan
fermentatif didalam rumen dengan bantuan mikroba rumen, dan pencernaan
enzimatis pasca rumen (hidrolitik). Sedangkan ternak non-ruminansia hanya
memiliki satu lambung atau sering disebut dengan mono gastrik. Semua pencernaan
terjadi dalam usus halus, dan asam amino adalah hasil pencernaan yang diserap
oleh tubuh.
Pemecahan
Karbohidrat menjadi VFA :
Akhir
dari fermentasi karbohidrat di dalam rumen adalah VFA (asetat, propionat,
butirat), karbon dioksida dan methan. Karbohidrat dalam pakan dapat
dikelompokkan menjadi karbohidrat struktural (fraksi serat) dan karbohidrat non
struktural (fraksi yang mudah tersedia). Selulosa dan hemiselulosa termasuk
dalam fraksi karbohidrat struktural (fraksi serat) yang merupakan komponen
utama dari dinding sel tanaman. Paling banyak energi yang dihasilkan dalam
bentuk VFA.
Pemecahan
karbohidrat menjadi VFA terjadi di perut rumen yang terdiri dari 2 tahap:
1.
Hidrolisis ekstraseluler dari
karbohidrat kompleks (selulosa, hemiselulosa, pektin) menjadi oligosakarida
rantai pendek terutama disakarida (selobiosa, maltosa, pentosa) dan gula-gula
sederhana.
2.
Pemecahan oligosakarida dan gula-gula
sederhana menjadi VFA oleh aktifitas enzim intraseluler. Asam lemak terbang
(VFA) yang dominan (Asetat, Propionat, dan butirat) akan diserap melalui diding
rumen, masuk kedalam sirkulasi darah dan di transportasikan ke jaringan tubuh
ternak.
Senyawa-senyawa
tersebut akan mengalami proses metabolisme, yaitu katabolisme yang mensuplai
energi, dan biosintesis misalnya, biosintesis glukosa dari asam propionat di
dalam jaringan tubuh ternak. Dalam pencernaan ini dihasilkan pula produk ikutan
berupa beberapa gas: metan (CH4), CO2 dan H2; yang dikeluarkan dari tubuh
melalui proses eruktasi (belching/ bersendawa). Penyerapan asam lemak terbang
(VFA) 75% diserap langsung dari retikulum masuk kedalam darah, 20% diserap dari
abomasum dan omasum, 5% lolos masuk ke dalam usus halus untuk diserap masuk ke
darah.
Penyerapan
VFA tergantung pada perbedaan antara konsentrasinya di dalam cairan rumen dan
didalam sel-sel epitel atau darah. Laju penyerapan VFA dari rumen meningkat
sejalan dengan penurunan pH cairan rumen. Asam butirat dari rumen akan melalui
dinding rumrn untuk masuk kedalam darah untuk dikonversi menjadi
I2-hidroksibutirat, sedangkan asam propionat akan dikonversi menjadi asam
laktat. Hal ini menjadi asam laktat. Hal ini terjadi karena peran enzim-enzim
tertentu yang ada didalam sel-sel epitel. I2-hidroksibutirat dapat digunakan
sebagai sumber energi bagi sejumlah jaringan, misalnya otot, kerangka atau
hati. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi VFA dalam rumen yaitu :
Makanan serat (sumber hijauan) akan menghasilkan lebih banyak asetat dari pada propionat sehingga lebih sesuai untuk ternak berproduksi air susu (kadar lemak tinggi). Makanan pati (biji-bijian/konsentrat tinggi) menghasilkan propionat tinggi, sesuai untuk ternak daging. Rasio antara konsentrat dan hijauan pakan. Bentuk fisik pakan (ukuran partikel)Level intake Frekuensi pemberian pakan.
Makanan serat (sumber hijauan) akan menghasilkan lebih banyak asetat dari pada propionat sehingga lebih sesuai untuk ternak berproduksi air susu (kadar lemak tinggi). Makanan pati (biji-bijian/konsentrat tinggi) menghasilkan propionat tinggi, sesuai untuk ternak daging. Rasio antara konsentrat dan hijauan pakan. Bentuk fisik pakan (ukuran partikel)Level intake Frekuensi pemberian pakan.
Metabolisme
VFA di dalam jaringan Tubuh Ternak VFA yang diserap dari retikulorumen melalui
jaringan dimana VFA tersebut mengalami oksidasi dan perombakan menjadi energi
ternak untuk biosintesa lemak atau glukosa. Jumlah setiap asam yang digunakan
tersebut berbeda-beda menurut jenis VFA tersebut : 50% asam asetat dioksidasi
di jaringan tubuh sapi perah sedangkan 2/3 asam butirat dan ½ asam propionat
mengalami oksidasi tersebut. Metabolidme asam propionat dan butirat terjadi di
dalam hati; 60% adalah asetat dimetabolilsmekan di jaringan perifer (otot dan
adiposa) dan hanya 20% di metabolisasikan di hati. Produk fermentasi (VFA) di
dalam rumen diserap melalui epitel rumen dan menjadi sumber energi utama pada ternak
ruminasia. Sebagian mikroba yang tumbuh dalam rumen bersama digesta akan
bergerak ke abomasum untuk selanjutnya mengalami pencernaan enzimatis dan
penyerapan. Untuk mendukung proses metabolisme di atas, pergerakan dan
kontraksi dinding rumen sangat berperan. Pergerakan dan kontraski tersebut
membantu proses pengadukan digesta dan inokulasi partikel pakan, ruminasi dan
pergerakan digesta ke abomasum.

Bagan 1. Proses perubahan karbohidrat menjadi asam piruvat
Bagan 2. Perubahan asalm piruvat menjadi
VFA